Sejak kemarin, 27 Mei 2022 dan hari-hari setelahnya Indonesia berduka dengan wafatnya Buya Syafii Maarif. Beliau adalah guru bangsa dan negarawan yang menjadi kompas moral bangsa dan negara ini sejak dulu hingga terutama dalam dekade terakhir. Buya Syafii adalah salah satu guru bangsa yang pendapatnya diperhatikan dan dihormati oleh banyak kalangan di negeri ini. Tidak saja diakui di kalangan umat islam, kharisma Buya Syafii menembus batas agama, kelompok dan golongan. Sulit sekali memiliki Bapak Bangsa yang ketokohannya setara beliau.
Sebagai sosok intelektual, Buya Syafii Maarif dikenal sebagai tokoh intelektual yang lugas tegas dan berani menyuarakan banyak isu yang bahkan tidak berani disuarakan tokoh-tokoh lain. Beliau berani membela kelompok-kelompok minoritas, mengkritik dan mengingatkan para pemimpina bangsa, serta memberikan teladan hidup sederhana dan konsistensi dalam bersikap. Satu ungkapan yang sering diucapkan Buya Syafii adalah soal pentingnya integritas sebagai seorang pemimpin, satunya kata dengan perbuatan.
Saya secara pribadi tidak punya banyak memori dan persinggungan dengan Buya Syafii Maarif. Saat saya aktif di IPM dulu, Buya sudah tidak di pimpinan pusat Muhammadiyah, namun sesekali saya berinteraksi dengan beliau saat terlibat beberapa kegiatan Maarif Institute membantu acara atau kegiatan lain. Persinggungan saya yang paling dekat adalah saat kami di Jaringan Pengendalian Tembakau memohon kesediaan Buya untuk ikut mendukung upaya pengendalian konsumsi rokok beserta Pak Sudibyo Markus, Pak Kartono Mohamad (alm), Pak Hakim Sorimuda Pohan, Pak Marzuki Usman, Romo Magnis Suseno dan banyak tokoh bangsa lain.
Kami mendorong pemerintah untuk lebih serius mengendalikan konsumsi rokok untuk melindungi generasi muda dari ancaman produk yang bisa menghancurkan generas ini. Dan Buya dengan latar belakangnya yang panjang dalam mendukung isu kemanusiaan dan nama besarnya di bangsa ini bersedia untuk mendukung. Beberapa kali Buya Syafii diundang di acara terkait pengendalian konsumsi rokok baik di Jogja maupun di Jakarta. Dalam forum besar yang terbuka ataupun forum kecil tertutup yang hanya dihadiri tokoh-tokoh tertentu, Buya selalu mendukung dengan apapun yang beliau bisa bantu. Bahkan Buya juga menyampaikan pentingnya isu ini ketika berbicara secara empat mata dengan Presiden Jokowi. Bahkan buya juga mengirim surat langsung dan membuat tulisan di media soal sikapnya dalam mendukung upaya pengendalian konsumsi rokok. Ketika Buya menyampaikan mendukung sebuah gagasan beliau benar-benar sepenuhnya mengupayakan apapun yang beliau bisa bantu. Seperti kata bijak yang populer beliau sampaikan, Buya Syafii adalah man of integrity, perbuatannya sebidang dan sebangun dengan ucapan dan sikapnya.
Kesederhanaan beliau juga saya rasakan dalam berbagai kegiatan ini. Suatu waktu, Buya diundang untuk sebuah pertemuan tokoh-tokoh bangsa yang dimoderatori pak Imam Prasodjo di Jakarta bersama dengan beberapa tokoh senior lain. Sebagai tokoh bangsa, beliau bisa saja mengontak teman-teman dari Maarif atau panitia untuk memberikan layanan yang ekstra spesial bagi beliau. Tapi tidak seperti itu dengan Buya Syafii, beliau menolak, tidak mau dijemput dan datang ke Jakarta sendiri mengurus semuanya sendiri. Kisa-kisah kesederhanaan dan sisi kemanusiaan Buya sebagai pribadi yang penuh kemuliaan seperti ini bisa kita dapatkan bertebaran ceritanya di media sosial. Selain gagasannya yang berani, bernas dan mencerahkan, Buya juga memberikan standar yang begitu tinggi kesederhanaan dan tawadhu nya seorang tokoh besar yang sulit bisa ditemui di pribadi yang lain.
Pertemuan terakhir saya dengan beliau juga sudah berlangsung agak lama. Setahun setelah saya kembali nyantri dari Ohio University, sekira tahun 2020, saya membantu kang Husnan untuk menulis buku untuk MPKU PP Muhammadiyah soal kontribusi dalam bidang kesehatan. Waktu itu kami berdiskusi dengan Buya soal sejarah Muhammadiyah di bidang kesehatan dan bertemu beliau di Graha Suara Muhammadiyah. Saya menyapa beliau dan saya sampaikan salam Bobcats, karena kami sama-sama lulusan dari Ohio University. Ya beliau juga Bobcats karena S2 nya dari Ohio University (meskipun banyak yang keliru menyebut Ohio State University, padahal keduanya kampus yang berbeda).
Kini Buya sudah meninggalkan kita selamanya. Beliau meninggalkan banyak sekali kenangan, karya dan teladan yang harus kita pelajari dan ikuti. Beliau juga meninggalkan banyak sekali area perjuangan yang harus terus kita lanjutkan. Medan perjuangan yang begitu luas dan mulia. Satu kata lagi yang sering beliau sampaikan dalam forum maupun dalam tulisannya adalah sikap pantang menyerah dan selalu optimis. Kurang lebih Buya pernah menyampaikan bahwa jika boleh berputus asa, maka kita pantas berputus asa dengan banyak sekali tantangan yang harus dihadapi. Namun itu bukan pilihan, karena sebagai manusia kita harus selalu berjuang untuk membela keislaman, kebangsaan dan kemanusiaan yang ketiganya berada dalam satu hembusan napas.
Selamat jalan Buya Syafii Maarif.
Post a Comment
Thanks to visit my blog
Terima kasih sudah berkunjung