Seminggu ini, tubuh tidak bisa dikompromikan lagi. Harus istirahat. Tubuh tidak bisa dipaksa. Harus rawat inap. Dokter memvonis saya kena demam berdarah dengue (DBD) dan Typhoid. Dua penyakit yang akrab di telinga namun baru kali ini saya rasakan. Indonesia memang daerah endemis DB/DBD. Bahkan disebut sebagai negara dengan endemis DBD tertinggi di Asia Pasifik. Setiap tahun setidaknya 400 orang meninggal karena DBD di Indonesia.
Tak menyangka ternyata musim ini saya kena juga. Sampai di rawat pula. Awalnya karena harus keluar mengurus surat SKCK ke mabes polri. Berangkat pagi hanya makan sepotong roti, saya baru makan di siang hari jam 2 siang. Makan siang yang telat dengan gulai ternyata membuat badan agak panas. Sekiranya mungkin hanya kecapekan. Saya konsultasi ke dua dokter dan hanya menyebutkan karena kecapekan saja. Dokter kedua baru lebih teliti dan meminta saya cek darah. Waktu itu hasil tes Trombosit masih normal sekitar 185 rb. Namun sudah ada kecurigaan karena leukosit menurut hingga 4.800, normalnya diatas 5.000. Waktu itu, belum ada keputusan apakah saya kena DBD atau tidak.
Setelah beberapa hari berlalu, kepala makin pusing, makan semakin tidak enak dan dokter akhirnya meminta saya cek darah lagi. Sudah 4 hari setelah cek darah pertama dan ternyata betul saja, trombosit drop hingga 65 ribu. Dan kondisi tubuh sudah semakin lemah. Karena khawatir betul-betul DBD, akhirnya saya diperiksa lagi ke IGD di RS Sari Asih. Dan ternyata kondisi terburuk yang saya dapatkan. Trombosit drop ke 23 ribu hanya dalam 4 jam. Malam itu juga harus rawat inap, sudah darurat. Keesokan harinya trombosit kembali drop ke 20rb. Sudah zona merah!!
Waktu itu sudah hampir seminggu kondisi badan tidak menentu, dan akhirnya mau tidak mau harus dirawat di RS Sari Asih Ciputat. Sudah 6 hari berlalu, saya harus mendekam dirawat di kamar perawatan. Saya sudah positif DBD dan Typhoid, dua kombinasi yang lengkap untuk alasan istirahat dan dirawat. Misi utama tentunya mengembalikan kondisi tubuh, membalikkan level trombosit ke semula, setidaknya hingga batas normal 100 rb. Tidak ada jurus lain, dokter kasih saya obat panas, obat tidur, obat sakit, obat mual dan obat untuk istirahat. Ya jurusnya itu semua. Istirahat, makan, minum dan disiplin minum obat.
Atas saran beberapa teman dan saudara saya juga minum suplemen tambahan yang sudah terkenal, sari kurma dan pil angkak. Katanya dua obat ini ampuh untuk mengembalikan trombosit. Setiap habis makan dan sesudah minum semua obat, saya rajin konsumsi sari kurma dan pil angkak. Merangkak sedikit demi sedikit trombosit kembali bertambah ke level semula. 30 ribu, lalu 80 ribu lalu 100 ribu. Istirahat, makan dan minum itu saja yang saya lakukan dalam seminggu ini. Prei dulu dari semua kerja dan semua yang bisa jadi stressor yang bisa mengganggu istirahat. Lima hari kembali level trombosit ke semula, meskipun badan masih lemah dan lesu.
Tidak ada rumus njelimmet macam-macam, istirahat, makan dan minum adalah resep utama melawan DBD dan Typhoid. Seperti juga melawan penyakit lain, imunitas dan daya tahan tubuh adalah modal utama.
Januari 2022 jadi pengalaman pertama saya dirawat inap karena DBD dan typhoid. Semoga ini menjadi pemicu dan pengingat bahwa nikmat sehat yang selama ini saya nikmati harus benar-benar disyukuri. Karena saat sakit, apapun hal yang ingin dilakukan harus dihentikan, bahkan kegiatan sederhana sekalipun. Mari kita jaga kesehatan dengan sebaik-baiknya.
Pesan bagi yang sedang sakit, upayakan untuk istirahat sebisa mungkin. Tidur, makan dan minum!!! Paksakan saja meskipun rasanya tidak enak. Kita butuh energi untuk bangkit dari dalam, kuat dari dalam tubuh kita sendiri. Dan tentunya juga dengan tetap menjaga diri agar berpikir positif.
Satu poin lain yang ingin saya tambahkan adalah untung saya punya asuransi kesehatan, selama perawatan saya tidak mengeluarkan dana langsung sepeserpun karena semua biaya pengobatan sudah ditanggung oleh BPJS Kesehatan karena saya adalah peserta program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
Di masa COVID-19 seperti sekarang ini, saya merasa terbantu dengan adanya aturan untuk meniadakan jam besuk bagi pasien. Saya selaku pasien merasa bisa lebih banyak waktu untuk istirahat. Menjenguk tidak selalu menjadi ide yang baik di masa seperti ini. Karena semakin banyak dijenguk semakin sulit untuk istirahat. Bagi saudara-saudara yang sedang sakit semoga diberikan kekuatan untuk berjuang bertahan menjadi lebih sehat. Beri dukungan dengan doa dan support. Semoga sakit yang dirasakan menjadi pelipur dosa dan penghapus kesalahan selama yang bersangkutan ikhlas menerimanya.
Saat sakit sehat terasa begitu berharga.
Post a Comment
Thanks to visit my blog
Terima kasih sudah berkunjung