Merokok tidak saja mengganggu kesehatan perokok dan orang-orang di sekitarnya namun juga bisa mempengaruhi penampilan. Meski tidak seberat ancaman terhadap hidup seperti penyakit jantung atau paru-paru, namun merokok dapat membuat perokok terlihat lebih tua dan berefek terhadap kondisi dan penampilan tubuh.
Berikut adalah beberapa efek merokok terhadap penampilan yang kami olah dari factsheet Action on Smoking and Health.
Merokok dan Gangguan Pada Kulit (Fenomena Smoker’s Face)
Penelitian menunjukkan bahwa semakin sering merokok, semakin besar seseorang akan mengalami risiko kerutan dini. Kulit yang rusak oleh asap rokok terlihat keabu-abuan, dan tampilannya tidak menarik.
Kulit bisa rusak oleh asap tembakau dengan beberapa cara.
Kulit bisa rusak oleh asap tembakau dengan beberapa cara.
Pertama, asap tembakau membuat permukaan kulit menjadi kering. Kedua, merokok mempersempit pembuluh darah, karenanya jumlah darah yang mengalir ke kulit terhambat sehingga asupan oksigen dan nutrisi penting berkurang.
Penelitian telah menunjukkan bahwa efek penuaan kulit pada perokok terjadi karena peningkatan produksi suatu enzim yang memecah kolagen dan menyebabkan kulit melorot. Kolagen adalah protein utama kulit yang mempertahankan elastisitas dan membuat ia terlihat lebih kencang. Seiring bertambah usia, sebagian kolagen dalam kulit akan berkurang.
Aktifitas merokok secara alami juga menyebabkan perokok menyipitkan mata dan mengerutkan mulut saat ia merokok. Perilaku ini menyebabkan kerutan di sekitar mata dan mulut. Perokok di usia 40-an memiliki kerutan yang sama banyak dengan non-perokok berusia 60-an.
Selain itu, perokok juga cenderung mengalami pipi cekung karena menghisap rokok secara berulang: ini membuat perokok yang kurus terlihat lebih tirus. Bagi para dokter beberapa perubahan ini disebut dengan "wajah perokok" (smoker’s face). Maka tidak heran seringkali cukup mudah mengidentifikasi apakah seseorang itu perokok atau bukan hanya dengan melihat wajah mereka.
Kerusakan pada kulit karena merokok mungkin tidak secara langsung dapat dilihat dengan mata telanjang, dan baru terdeteksi di usia 20-an atau 30-an.
Merokok dan Proses Penyembuhan Luka
The Royal College of Aenesthetist (Persatuan Dokter-dokter Anestesi) menyatakan bahwa berhenti merokok sebelum operasi itu memberikan banyak keuntungan. Terutama terkait dengan proses penyembuhan luka.
Karena merokok mengganggu proses penyembuhan luka, menunda proses pemulihan dan meningkatkan terjadinya komplikasi. Banyak dokter ahli bedah plastik menolak untuk melakukan operasi kosmetik pada pasien yang menolak untuk berhenti merokok.
Merokok dan Psoriasis
Psoriasis adalah kondisi kulit yang mengalami inflamasi kronis. Meskipun tidak mengancam jiwa, psioriasis bisa menimbulkan ketidanyamanan dan mengganggu penampilan. Perokok dua sampai tiga kali lebih berisiko mengalami psoriasis dibandingkan non-perokok, dan wanita perokok memiliki risiko lebih besar.
Beberapa studi menemukan semakin lama seseorang merokok maka semakin berisiko ia akan menngalami psoriasis, tingkat keparahannya juga meningkatkan sesuai dengan tingkat keparahan seseorang merokok.
Merokok juga meningkatkan risiko palmoplantar pustulosis (PPP), yaitu kondisi kulit yang tidak dapat disembuhkan pada tangan dan kaki, yang dapat terjadi secara tersendiri atau terkait dengan kasus psoriasis. Bahkan 95% pasien PPP adalah perokok, yang mayoritas diantaranya adalah perokok berat.
Merokok dan berat badan
Fakta yang sudah populer di masyarakat bahwa berhenti merokok dapat meningkatkan kesehatan seseorang. Karenany orang yang berhenti merokok juga sering dikaitkan dengan penambahan berat badan. Namun karena ini pula ada orang yang mengaburkan atau mengurungkan niat berhenti merokok karena takut tubuhnya melar atau berat badannya naik.
Memang ada studi yang menyatakan bahwa rata-rata orang yang berhenti merokok mengalami kenaikan berat sekitar 7-9 kg. Bahkan 42% dari perokok yang berhasil berhenti bisa naik lebih dari 10 kg.
Studi lain menunjukkan bahwa perokok yang gemuk cenderung mengalami peningkatan berat badan lebih besar setelah berhenti merokok. Meskipun begitu kenaikan berat badan masih lebih aman daripada terus merokok.
Kenapa bisa naik berat badan?
Telah dijelaskan diatas bahwa merokok meningkatkan tingkat metabolisme tubuh (tingkat di mana kalori yang dibakar) sekitar 10%. Efek nikotin pada tingkat metabolisme juga dapat menjelaskan mengapa perokok cenderung memiliki berat badan kurang daripada non-perokok.
Namun, peningkatan yang disebabkan merokok di tingkat metabolisme hanya menyumbang sekitar setengah perbedaan berat antara perokok dan non-perokok.
Mekanisme lain mungkin adalah bahwa merokok mengubah patokan berat badan (yaitu berat standar seseorang terlepas upaya untuk meningkatkan atau menurunkan berat badan). Merokok dianggap dapat menurunkan berat badan normal seseorang. Sehingga ketika seseorang berhenti merokok sebtulnya ia kembali ke patokan berat badan yang semestinya.
Nikotin juga meningkatkan tingkat sistem saraf pusat norepinefrin, dopamin dan/atau serotonin, yang menekan nafsu makan dan memfasilitasi penurunan berat badan.
Meskipun merokok bisa saja mendorong penurunan berat badan, namun kenyataannya tetap banyak perokok yang kelebihan berat badan atau mengalami obesitas. Yang bisa dikonfirmasi adalah bahwa kombinasi kelebihan berat badan dan merokok telah terbukti dapat mempercepat proses penuaan tubuh. Satu studi menunjukkan bahwa perokok yang memiliki kelebihan berat badan dapat memperceat penuaan seseorang sebanyak sepuluh tahun atau lebih.
Bentuk tubuh
Meskipun dapat mengurangi berat badan, merokok juga mempengaruhi bentuk tubuh, mengubah distribusi lemak yang berhubungan dengan penyakit. Perokok menyimpan lemak tubuh dalam jumlah normal namun mendistribusikannya dengan tidak normal karena efek merokok pada sistem endokrin (kelenjar yang mengeluarkan hormon).
Perokok lebih banyak menyimpan lemak di sekitar pinggang dan tubuh bagian atas, bukan di sekitar pinggul. Ini berarti perokok lebih mungkin untuk memiliki rasio WHR (waist to-hip) lebih tinggi dibandingkan non-perokok. Orang yang memiliki rasio WHR yang tinggi lebih berisiko terkena diabetes, resistensi insulin, penyakit jantung, stroke, tekanan darah tinggi, sindrom metabolik, masalah kandung empedu, dan kanker payudara, antara kanker lainnya. Penelitian telah menunjukkan bahwa rasio WHR (pinggang ke pinggul) meningkatkan jumlah rata-rata rokok yang dihisap per hari.
Efek pada mulut
Halitosis (bau mulut) dan gigi dan gusi bernoda adalah efek merokok yang paling dikenal dan paling jelas. Penggunaan tembakau meningkatkan risiko periodontitis, yang menghasilkan gusi bengkak dan bau mulut, dan dapat menyebabkan gigi rontok. Merokok menyebabkan 40% kasus periodontitis kronis di kalangan orang dewasa. Sayangnya perokok juga cenderung lebih buruk dalam pengobatan dan perawatan gigi.
Mengingat bahwa salah satu akibat dari periodontitis adalah kehilangan gigi, maka juga mempertimbangkan dampak merokok pada implan gigi. Meskipun berhenti merokok sebelum implan dapat membantu, merokok meningkatkan risiko kegagalan implan gigi dan komplikasi pasca operasi.
Semakin sering seseorang merokok, semakin besar kemungkinan ia mengalami kegagalan implan gigi. Satu studi baru-baru ini menemukan bahwa "sekitar satu dari setiap tiga kegagalan implan terjadi pada perokok, dan satu dari lima pasien dengan kegagalan awal merokok lebih dari 10 batang per hari, sementara hanya 12,3% dari pasien tanpa kegagalan adalah perokok."
Selain perodontitis beberapa gangguan pada gigi dan gusi juga sering terjadi pada perokok seperti penggelapan pigmentasi gusi ("melanosis perokok"); leukoplakia lidah ("lidah perokok"), ditandai dengan bintik-bintik putih atau patch pada lidah atau vulva; dan langit-langit abu-abu-putih dengan papula merah (benjolan) yang merupakan gejala dari kelenjar ludah meradang ("langit-langit perokok" / stomatitis nikotin).
Efek lainnya
Kulit: Merokok dapat membuat orang lebih rentan terhadap jerawat dan menghambat penyembuhan noda. Khusus perempuan sering mengalami jerawat parah, dan semakin sering ia mereka smoke kondisinya semakin memburuk. Merokok juga dianggap sebagai pemicu acne inversa, yaitu penyakit kulit inflamasi kronis yang dapat meninggalkan noda pada kulit.
Rambut: Merokok mengurangi nutrisi ada rambut, dan membuatnya kusam. Merokok bahkan bisa mengubah warna rambut, terutama rambut wajah pada pria. Para peneliti menemukan hubungan antara merokok dengan kerontokan rambut dan tumbuhnya uban.
Penampilan mata: Asap dapat merusak mata pembuluh darah membuat mata merah dan iritasi.
Tangan: merokok secara terus-menerus menyebabkan perubahan warna dari jari-jari dan kuku pada tangan yang digunakan untuk memegang rokok.
Kanker: Merokok dapat menyebabkan Kanker mulut, lidah, gusi dan kanker lainnya yang dapat menyebabkan kerusakan parah. Topik ini dibahas secara luas dalam laporan penelitian ASH Tembakau dan Kesehatan Mulut.
Efek pada penampilan yang terkait dengan berhenti merokok
Sebuah studi internasional menemukan bahwa 13,3% pria dan 21% wanita mengakui bahwa efek merokok pada penampilan adalah salah satu faktor yang memotivasi mereka untuk berhenti.
Dalam satu penelitian di Inggris, remaja dan dewasa muda berusia 16-24 juga menjadikan penampilan sebagai pertimbangan dalam membuat keputusan berhenti merokok. Pengaruh faktor ini bervariasi berdasarkan jenis kelamin. Perempuan muda lebih khawatir tentang kulit mereka.
Studi lain dari Inggris mengukur reaksi dari perempuan berusia 18-34 untuk perkembangan usia wajah (menggunakan software khusus). Beberapa wanita terkejut dengan kemungkinan penampilan kulit mereka di masa depan mereka jika mereka terus merokok. Studi ini menyimpulkan bahwa menggunakan teknik morphing age-appearance untuk mempersonalisasi pengalaman wanita perokok dapat secara signifikan meningkatkan motivasi mereka untuk berhenti merokok.
Ahli kesehatan juga perlu menjadikan berat badan sebagai pertimbangan ketika membantu perokok berhenti merokok. Wanita, terutama wanita muda, cenderung lebih khawatir berat badannya bertambah pasca berhenti merokok dipanding pria muda. Kekhawatiran ini telah terbukti mengurangi motivasi untuk berhenti, menunda berhenti upaya atau menyebabkan kekambuhan.
Meskipun berat badan pasca berhenti hampir tidak terelakkan, namun dapat dimodifikasi dengan makanan rendah lemak, diet rendah kalori dan meningkat olahraga secara moderat. Dalam beberapa tahun terakhir, penelitian intervensi berhenti merokok yang menggabungkan dengan penurunan berat badan telah menunjukkan hasil yang menjanjikan.
Para ahli kesehatan perlu mempertimbangkan menggunakan penampilan untuk memotivasi perokok untuk berhenti, tentunya intervensi ini harus berbasis bukti. Meskipun penelitian lebih lanjut diperlukan, penelitian awal menunjukkan bahwa intervensi berhenti merokok yang berhubungan dengan penampilan memiliki dampak positif pada keinginan berhenti merokok.
artikel diadaptasi dari factsheet ASH berjudul How smoking affects the way you look
Post a Comment
Thanks to visit my blog
Terima kasih sudah berkunjung