Nonton debat semakin kesini kok rasanya ada yang semakin jelas jawabannya, sebaliknya ada yang semakin tidak jelas serangannya. Pernyataan Prabowo di segmen dua jadi blunder, karena ia malah menyerang SBY bukan Jokowi. Ini gimana sih pak PS?
Untuk isu kebijakan ekonomi, investasi, dan pajak konsep Jokowi masih lebih jelas. Strategi Jokowi soal memperkuat tax base lebih bisa dimengerti. Misalnya soal Tax Amnesti, terlepas hasilnya beragam dalam jangka panjang, tapi itu adalah terobosan yang menarik dalam hal perluasan basis pajak. Sementara tawaran Prabowo soal penggunaan teknologi jadi tidak terasa baru karena dirjen pajak sudah menempuh dan menjalankannya sejauh ini.
Ide Sandi yang menawarkan pemisahan seksi dirjen pajak dari kementerian keuangan adalah gagasan baru yang perlu dipertimbangkan semua calon. Pemisahan bisa jadi terobosan selanjutnya setelah Tax Amnesty. Karena dnegan memisahkan pengumpul dan penarik income negara, maka ia diasumsikan bisa lebih fokus menjalankan tugasnya dan bisa merevitalisasi performanya. Jika untuk sektor lain saja ada lembaga khusus, seperti di investasi dan penanaman modal asing, maka badan khusus untuk lembaga pengumpul pajak malah lebih strategis?
Sandi juga menyambungkan ide ini dengan pentingnya melaksanakan program single identity record, misalnya dengan menjalankan program e-ktp. Ide ini penting dipertimbangkan oleh semua pasangan capres. Idenya sudah dari dulu, semua sudah setuju, tinggal political will yang kurang dan status quo yang merasa terancam.
Secara umum debat kali ini terasa jadi pertarunganyang asimetris. Karena adu gagasan dan citra terjadi secara substansi hanya antara Jokowi vs Sandi. Sandi menawarkan banyak gagasan baru. Misalnya soal konsep ekonomi Syariah, tawaran dan poin pengamatan Sandi terdengar lebih tajam dibanding dengan KH Maruf Amin sekalipun, yang paling otoritatif bicara masalah itu.
Sandi terasa punya visi jelas soal itu ditunjukan dengan penguasaannya soal data ekonomi syariah. Diluar debat pun Sandi banyak kampanye dia mempromosikan wisata dan eknomi halal. Juga Ide soal bank tabungan haji juga cukup menarik dan bisa dipertimbangkan untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi pengelolaan dana haji.
Soal esport jeas Jokowi lebih memberikan perhatian dan punya pandangan lebih maju soal ini. Ia lebih responsif dan melihat Esport sebagai peluang untuk mendongkrak dan mendorong ekonomi. Berbeda dengan Sandi yang melihat penggunaan teknologi Sandi akan lebih baik jika menempatkan IT sebagai pendukung sektor riil. Ini nyambung dengan teori Big Push dalam ranah eknomi.
Soal isu pengelolaan BUMN, Sandi udah bener nanya soal holding company dan performanya. Meskipun Jokowi bisa menjawab dengan baik, tapi sepertinya Sandi masih bisa mengurai dan membawa perdebatan yang lebih baik. Namun sayangnya tangapan Prabowo malah nggak nonjok. Ia hanya menyampaikan masalah tapi tidak memberi solusi. Seperti biasanya.
Pertanyaan soal pemerataan pembangunan dijawab dengan baik oleh Jokowi dengan dana desa, PKH dan subsidi di bidang kesehatan dan pendidikan. Itu jawaban yang logis. Sementara jawaban Prabowo lagi-lagi terlalu jargon, tapi nggak jelas. Jawaban Sandi dengan foku pada stabilisasi harga pangan, OKE OCE, Rumah siap kerja bisa jadi complementer dari program Jokowi.
Overall, pertanyaan Sandi lebih greget dan substansial daripada Prabowo. Sandi minim jargon dan ada gagasan baru. Sementara Prabowo banyak melewatkan kesempatan dan kelemahan yang dimiliki petahana. Kalo head to head menurut saya Jokowi tidak tersaingi Prabowo, sementara Sandi jelas lebih fresh dan electable dari pada Maruf Amin. Perasaan saya sama dari sejak awal. Bermimpi ada pilihan sinkretis dari dua pasangan calon ini. Presidennya Jokowi, Wakilnya Sandi.
Kalo saya mau kasih analisa lagi memang keempat orang ini beda generasi dan beda kelas. Maruf Amin dan Prabowo lebih dekat kelompok usianya. Bagi kami yang lahir paska tahun 80-an sepertinya banyak yang kurang nyambung dengan gaya dan cara penyampaiannya. Sementara Jokowi dan Sandi ada dalam rentang usia yang lebih dekat, keduanya terasa lebih menyampaikan gagasan dengan data dan minim jargon, lebih bisa meyakinkan dengan cara dan gayanya.
Seperti biasa, menurut saya debat macam ini tidak akan pengaruh pada mereka yang sudah punya iman terhadap salah satu calon. Penampilan Jokowi sepertinya akan bisa sedikit mengurangi mereka yang masih galau dan awalnya mau golput.
Penampilan Prabowo bagi saya yang berharap menemukan penantang yang kuat, masih mengecewakan seperti di seri debat sebelumnya. Hanya sandi yang menjadi pelipur lara.
Saya pun nggak terpengaruh, lha surat suara sudah dikirim hari kemarin.
Untuk isu kebijakan ekonomi, investasi, dan pajak konsep Jokowi masih lebih jelas. Strategi Jokowi soal memperkuat tax base lebih bisa dimengerti. Misalnya soal Tax Amnesti, terlepas hasilnya beragam dalam jangka panjang, tapi itu adalah terobosan yang menarik dalam hal perluasan basis pajak. Sementara tawaran Prabowo soal penggunaan teknologi jadi tidak terasa baru karena dirjen pajak sudah menempuh dan menjalankannya sejauh ini.
Ide Sandi yang menawarkan pemisahan seksi dirjen pajak dari kementerian keuangan adalah gagasan baru yang perlu dipertimbangkan semua calon. Pemisahan bisa jadi terobosan selanjutnya setelah Tax Amnesty. Karena dnegan memisahkan pengumpul dan penarik income negara, maka ia diasumsikan bisa lebih fokus menjalankan tugasnya dan bisa merevitalisasi performanya. Jika untuk sektor lain saja ada lembaga khusus, seperti di investasi dan penanaman modal asing, maka badan khusus untuk lembaga pengumpul pajak malah lebih strategis?
Sandi juga menyambungkan ide ini dengan pentingnya melaksanakan program single identity record, misalnya dengan menjalankan program e-ktp. Ide ini penting dipertimbangkan oleh semua pasangan capres. Idenya sudah dari dulu, semua sudah setuju, tinggal political will yang kurang dan status quo yang merasa terancam.
Secara umum debat kali ini terasa jadi pertarunganyang asimetris. Karena adu gagasan dan citra terjadi secara substansi hanya antara Jokowi vs Sandi. Sandi menawarkan banyak gagasan baru. Misalnya soal konsep ekonomi Syariah, tawaran dan poin pengamatan Sandi terdengar lebih tajam dibanding dengan KH Maruf Amin sekalipun, yang paling otoritatif bicara masalah itu.
Sandi terasa punya visi jelas soal itu ditunjukan dengan penguasaannya soal data ekonomi syariah. Diluar debat pun Sandi banyak kampanye dia mempromosikan wisata dan eknomi halal. Juga Ide soal bank tabungan haji juga cukup menarik dan bisa dipertimbangkan untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi pengelolaan dana haji.
Soal esport jeas Jokowi lebih memberikan perhatian dan punya pandangan lebih maju soal ini. Ia lebih responsif dan melihat Esport sebagai peluang untuk mendongkrak dan mendorong ekonomi. Berbeda dengan Sandi yang melihat penggunaan teknologi Sandi akan lebih baik jika menempatkan IT sebagai pendukung sektor riil. Ini nyambung dengan teori Big Push dalam ranah eknomi.
Soal isu pengelolaan BUMN, Sandi udah bener nanya soal holding company dan performanya. Meskipun Jokowi bisa menjawab dengan baik, tapi sepertinya Sandi masih bisa mengurai dan membawa perdebatan yang lebih baik. Namun sayangnya tangapan Prabowo malah nggak nonjok. Ia hanya menyampaikan masalah tapi tidak memberi solusi. Seperti biasanya.
Pertanyaan soal pemerataan pembangunan dijawab dengan baik oleh Jokowi dengan dana desa, PKH dan subsidi di bidang kesehatan dan pendidikan. Itu jawaban yang logis. Sementara jawaban Prabowo lagi-lagi terlalu jargon, tapi nggak jelas. Jawaban Sandi dengan foku pada stabilisasi harga pangan, OKE OCE, Rumah siap kerja bisa jadi complementer dari program Jokowi.
Overall, pertanyaan Sandi lebih greget dan substansial daripada Prabowo. Sandi minim jargon dan ada gagasan baru. Sementara Prabowo banyak melewatkan kesempatan dan kelemahan yang dimiliki petahana. Kalo head to head menurut saya Jokowi tidak tersaingi Prabowo, sementara Sandi jelas lebih fresh dan electable dari pada Maruf Amin. Perasaan saya sama dari sejak awal. Bermimpi ada pilihan sinkretis dari dua pasangan calon ini. Presidennya Jokowi, Wakilnya Sandi.
Kalo saya mau kasih analisa lagi memang keempat orang ini beda generasi dan beda kelas. Maruf Amin dan Prabowo lebih dekat kelompok usianya. Bagi kami yang lahir paska tahun 80-an sepertinya banyak yang kurang nyambung dengan gaya dan cara penyampaiannya. Sementara Jokowi dan Sandi ada dalam rentang usia yang lebih dekat, keduanya terasa lebih menyampaikan gagasan dengan data dan minim jargon, lebih bisa meyakinkan dengan cara dan gayanya.
Seperti biasa, menurut saya debat macam ini tidak akan pengaruh pada mereka yang sudah punya iman terhadap salah satu calon. Penampilan Jokowi sepertinya akan bisa sedikit mengurangi mereka yang masih galau dan awalnya mau golput.
Penampilan Prabowo bagi saya yang berharap menemukan penantang yang kuat, masih mengecewakan seperti di seri debat sebelumnya. Hanya sandi yang menjadi pelipur lara.
Saya pun nggak terpengaruh, lha surat suara sudah dikirim hari kemarin.
Post a Comment
Thanks to visit my blog
Terima kasih sudah berkunjung