Nonton debat cawapres tadi pagi. Ada beberapa kesan yang saya tangkap.
Pertama, dari segi isi debat ini lebih fresh rasanya dibanding dengan dua debat, yaitu debat pasangan dan debat capres, sebelumnya. Sekilas gagasan dari masing-masing lebih kelihatan dan poinnya lebih berisi. Mungkin karena ini debat ketiga jadi kedua kubu sudah lebih siap dengan materi masing-masing.
Kedua, dari segi konsep rasanya tetap saja tidak ada benar-benar yang bisa membedakan dari kedua kubu soal isu-isu yang dibahas di debat ini, yaitu ketenagakerjaan, kesehatan dan kebudayaan. Pada prinsipnya agak sama alurnya. Saya catat beberapa perbedaan tapi pada prinsip masih kelihatan tidak terlalu jauh. Misal beberapa catatn detail yang saya tangkap berikut.
Riset dan Pendidikan
Dua-duanya tidak terlalu berbeda dari komitmen dan program dua cawapres. Keduanya berkomitmen meningkatkan anggaran riset dan akan mendorong link and match antara dunia pendidikan dan industri. Keduanya sejalan soal bahwa produk riset harus juga memberi nilai tambah terhadap practical needs.
Ada perbedaan misalnya soal kebijakan dalam mengatur peruntukan dana riset dan inovasi. Kyai Maruf mendorong konsolidasi lembaga jadi satu pintu di Badan Riset Nasional misalnya. Sementara Sandiaga tidak sepertinya tidak menyitir soal kelembagaan. Perbedaan yang kedua tentunya soal pendidikan dalam hal UN. Keberanian Sandi yang berjanji menghapuskan UN dengan penelusuran minat dan bakat. It is a bold statement.
Soal pertanyaan yai Maruf terkait monitoring dana transfer pendidikan, NPD dan DEPODIK kok rasanya mirip strategi Jokowi yang nanya soal TPID di 2014. Bedanya kali ini jawaban Sandi lebih baik dari Prabowo.
Kesehatan
Ini sebetulnya isu yang sangat saya tunggu terutama mau tahu konsep kedua pasangan ini soal soal JKN KIS. Keduanya memiliki persamaan dalam hal akan mendorong dan menyelamatkan program JKN. Diskusi sebetulnya adalah soal bagaimana caranya?
Kubu Kyai Maruf yang saya tangkap fokus pada soal memperbaiki pelaksanaan, meski sepertinya tidak menyitir inti masalah JKN soal defisit anggaran.
Sandiaga menurut saya lebih maju karena mengajukan penyesuaian perhitungan actuaria dari JKN. Pada praktiknya bisa dalam bentuk subsidi yang lebih besar atau penyesuaian iuran.
Diskusi ini sebetulnya sudah ada dan didiskusikan sejak JKN dilahirkan. Jika memang mau ada penyesuaian memang bisa jadi solusi. Dia juga menyebut soal pembenahan sistem rujukan kesehatan.
Soal penekanan ke upaya preventif juga relatif sama antara kedua kubu. Cawapres Kyai Maruf menyebut soal masalah stunting dan konsumsi barang-barang berbahaya. Saya sebetulnya berharap pak Kyai nyebut satu saja contohnya misalnya rokok, sayang tidak, jika disebut akan excellent.
Sementara Sandi mengajukan kampanye 22 menit berolahraga per hari. Ini program GERMAS sebetulnya, tapi penekanan soal itu ya lumayan lah.
Secara isu, dua-duanya bilang juga soal stunting. Keduanya juga menyitir soal angka kematian ibu dan anak, pemenuhan susu dan kacang hijau di sekolah. Juga soal sadaqah putih menurut saya lumayan lah udah mau pada ngangkat isu-isu seperti itu.
Pengagguran dan Ketenagakerjaan
Soal pengangguran dan ketenagakerjaan rada mirip juga arahnya link and match pendidikan industri, pengembangan keterampilan dan pengembangan SDM. Keduanya juga mengaku akan merevitalisasi SMK, Politekni, dan menyelenggarakan pelatihan informal melalui BLK atau Ruam siap kerja.
Yang beda soal persepsi terhadap masalah, Kyai Maruf bilang pengagguran sudah banyak berkurang, Sandiaga bilang masih banyak dan sebut 61% pengangguran itu anak SMK. Keduanya juga bilang akan membantu dan mempermudah akses terhadap keuangan.
Soal penekanan dan fokus kelompoknya juga berbeda. Misalnya Kyai Maruf lebih cenderung ke startup dan menyitir soal 1000 startup dan infrstruktur langit atau infrastruktur digital. Kyai Maruf juga bahas soal Cyber university, online learning.
Sementara Sandiaga lebih menekankan pentingnya UMKM bukan startup yang mencipakan 97% lapangan kerja dan menyumbang 60% GDP, industri pengolahan. Sandiaga juga bilang soal pengetatan tenaga kerja asing di bidang-bidang yang kecil dan haru bisa berbahasa di Indonesia.
Soal penekanan aspek ini keduanya agak berbeda soal semacam industri yang akan diprioritaskan yang mana.
Aspek budaya
Dalam aspek ini dua-duanya kelihatan sebetulnya nggak punya fokus hehehe, dan nampak bukan bidang yang diprioritaskan. Ada beberapa yang dibahas soal infrastruktur kebudayaan, anggaran dan kewenangan, strategi kebudayaan, pelestarian budaya, globalisasi budaya tapi kok kedengarannya nggak mantul.
Kyai Maruf bilang soal adanya badan ekonomi kreatif dan festival kebudayaan di dunia termasuk soal membangun opera untuk pertunjukkan budaya. Sementara Sandiaga menekankan keberpihakan pemerintah dan peran dan dukungan untuk inisiatif dari swasta. Saya kok nggak lihat perbedaan antara keduanya.
Janji KTP sebagai single identity number juga menarik. Karena ini sebetulnya arah yang dulu didukung pa Jokowi dengan berbagai kebijakan untuk mengintegrasikan konsep dan one policy.
Kesimpulannya
Saya kok nggak melihat perbedaan yang terlalu mencolok dari tawaran kedua kubu. Seperti disebut salah satu media online ada banyak gimmick yang coba disampaikan kedua cawapres, meskipun beberapa isu penting tetap dibahas juga.
Kalo dari segi penampilan penampilan Kiyai Maruf melebihi ekspektasi, meski kalo saya mau kritik penggunaan istilah-istilah berbau arab sebetulnya di beberapa tempat rasanya nggak terlalu ngaruh. Sementara ungkapan Sandi soal UN dan BPJS itu juga diluar ekspektasi.
Secara prinsip dua-duanya beda tipis-tipis aja.
Buat yang sudah menjatuhkan pilihan sama sekali nggak ngaruh. Soal budaya mungkin KMA lebih bagus, tapi soal kesehatan, tenaga kerja dan pendidikan, saya rasa S. Uno lebih terlihat bedanya.
Saya kira di debat Pasangan, dan debat Capres, Kyai Maruf juaranya, tapi di debat cawapres, saya kira meski malu-malu Sandiaga lebih baik.
kalo mau nonton silahkan dicek link ini
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Post a Comment
Thanks to visit my blog
Terima kasih sudah berkunjung