Love me or hate me, both are in my favor…
If you love me, I'll always be in your heart…
If you hate me, I'll always be in your mind.
William Shakespeare
Rasulullah memberikan pesan untuk memilih pasangan berdasarkan kecantikannya, keturunannya, kekayaannya dan ketaatan agamanya.
"Dari Jabir r.a., Sesungguhnya Nabi SAW. telah bersabda : Sesungguhnya perempuan itu dinikahi orang karena agamanya, kedudukan, hartanya, dan kecantikannya ; maka pilihlah yang beragama" (HR. Muslim dan Tirmidzi)
Namun Rasulullah memberikan penekanan bahwa poin terakhir yaitu agama adalah kriteria yang harus dijadikan sebagai landasan utama dalam memilih pasangan. Karena pemahaman terhadap agama akan menentukan juga karakter dan pembawaannya. Agama adalah sumber nilai dan panduan hidup.
Namun selain berbagai kategori di atas, para ulama juga memberikan rekomendasi bahwa dalam menentukan pasangan hidup harus juga mempertimbangkan al-kafaah atau kufu’ yang biasanya diartikan dengan kesesuaian status antara pasangan lelaki dan perempuan baik itu dalam penampilan fisik, latar belakang keluarga serta status ekonomi. Kesesuaian antara pasangan (kafaah) adalah point sehingga relasi yang dibangun di dalam pernikahan bisa lebih sehat karena didasari komunikasi yang egaliter.
Berbagai rekomendasi ini perlu secara serius perlu dipertimbangkan karena pasangan akan saling berbagi kehidupan selamanya! Istri atau suami akan (harus) saling menerima kekurangan dan kelebihan pasangan masing-masing. Keduanya harus saling melengkapi dan saling membahagiakan agar menjalani hidup ini dengan penuh kasih sayang dan ketenangan (sakinah mawaddah wa rahmah).
Namun jika tidak pandai memilih pasangan, rumah tangga bisa jadi akan berujung pada ketidakbahagiaan. Sering kita mendengar pasangan yang tidak bahagia karena merasa tidak lagi cocok. Sehinga daripada terus lanjut dan terjebak dalam interaksi penuh benci dan curiga dalam rumah tangga yang tidak membahagiakan, akhirnya memutuskan untuk berpisah.
Memang perlu diakui bahwa tidak ada pasangan yang cocok 100%! Perbedaan baik kecil atau besar akan selalu ada. Karenanya dibutuhkan kebesaran hati dan kelapangan dada untuk saling menerima satu sama lain apa adanya dan kerelaan untuk saling memperbaiki diri. Sebuah relasi yang baik harus didasari tidak cukup disandarkan pada sentimen emosional namun juga perlu pertimbangan rasional. Untuk memutuskan menikah tidak cukup hanya didasari rasa cinta yang mendalam, tapi juga rasa benci yang diperkirakan.
Karenanya kehati-hatian dalam memilih pasangan akan sangat membantu dalam menjalani kehidupan rumah tangga yang tidak saja penuh dengan suka namun juga duka dan kerikil cinta yang membentang di sepanjang perjalanan.
Kriteria ideal vs kenyataan dan kesempatan
Idealnya pasangan itu bisa memenuhi seluruh kriteria seperti yang disarankan Nabi diatas. Namun dalam kenyatannya tidak ada manusia yang sempurna seperti itu, selalu saja ada kekurangan disana-sini.Jika kita berharap kepada kesempurnaan seperti diatas maka ada dua kemungkinan yang akan terjadi. Pertama, kita akan selalu kecewa karena tidak akan pernah menemukan. Akhirnya habis umur untuk menunggu dan terus menunggu. Laksana pungguk yang merindukan rembulan. Kedua, mungkin kita sedang bermimpi, maka bangunlah sesegera mungkin! Karena dalam kenyataan kualitas pasangan adalah cermin dari kualitas kita sendiri. Kalau kita berharap kepada standar tinggi seperti diatas maka kita harus bertanya apakah kita memiliki kualitas setinggi itu pula? Sudah sejauh mana kita mematutkan diri untuk mendapatkan pasangan dengan kualitas setinggi itu?
Karenanya akan selalu ada gap antara idealitas dengan realitas. Oleh karena itu, harus ada prioritas dan target realistis yang mesti kita tetapkan dalam memilih pasangan. Dengan berpegangan pada pesan rasul diatas dan berkaca pada kondisi diri adalah rumus jitu untuk melihat siapa pasangan yang cocok bagi kita.
Bagi saya selain kriteria ideal seperti diatas saya juga memberikan penekanan pentingnya kesederhanaan. Karakter ini penting karena saya tidak mau mendasarkan kehidupan keluarga di masa depan kepada hal yang berbau materi. Harta dan kekayaan adalah ujian yang akan dihadapi oleh setiap pasangan apalagi di awal-awal membina kehidupan berumah tangga. Kekayaan itu penting, namun bukan yang utama. Oleh karena itu kemampuan dan kemauan untuk hidup secara sederhana adalah salah satu kriteria yang saya jadikan pertimbangan.
*Tulisan ini saya ambil dari refleksi 5 tahun pernikahan saya dan istri. Secara lengkap kami tulis di buku Warna-Warni Pelangi.
Post a Comment
Thanks to visit my blog
Terima kasih sudah berkunjung