Jumat, 18 Agustus 2017
Bus melaju santai dari terminal Greyhound di tengah kota Columbus, Ohio jam 10 pagi. Pagi itu bis besar itu terasa lengang, karena dari lebih 60 kursi hanya 4 yang terisi. Kami pun meluncur menuju Athens, perjalanan ini tertunda satu hari. Seharusnya saya berangkat kemarin naik bus jam 3 sore. Namun bagasi penerbangan dari Chicago terlambat keluar di bandara Jon Glenn Columbus, kami kehilangan lebih dari setengah jam menunggu bagasi dan tas-tas kami. Akhirnya bis berangkat duluan dan harus bermalam di motel di dekat kota Columbus.
Satu pelajaran dari US, bus tidak menunggu penumpang, trayek tidak ditentukan oleh ramai atau tidaknya penumpang. Satu atau dua orang yang berangkat sekalipun, pasti akan diantar sampai ke tujuan. Pasti tidak akan dioper ke bus jurusan lain, apalagi diturunkan di tengah jalan.
Setelah menempuh perjalanan sekira 1,5 jam dari Columbus saya sampai di Athens, kota kecil di negara bagian Ohio, di bagian barat sebelah tengah Amerika Serikat. Athens adalah kota kampus, landmark utamanya adalah Ohio University tempat saya akan belajar dua tahun ke depan. Di sebelah barat ia berbatasan langsung dengan Parkrsburg, West Virginia. Kondisi alamnya agak berbukti dan dibelah sungai Hocking College. Sementara penduduknya per 2010 berjumlah hanya 23.832 jiwa.
Namun meski kota kecil, Athens menyimpan banyak cerita dan sejarah yang begitu panjang. Ohio university merupakan salah satu kampus tertua nomor 9 di AS. OU adalah univ tertua di Ohio.
Kamis, 12 Oktober 2017
Hampir dua bulan saya sudah hidup di Athens. Saya berproses mengikuti, menikmati dan memenuhi kehidupan kampus sebagai mahasiswa baru di Ohio University. Terdaftar sebagai mahasiswa S2 untuk Jurusan International Development Studies di Center for International Studies Ohio University banyak hal baru yang dipelajari.
Program ini adalah program multidisipliner untuk studi pembangunan internasional di Ohio University. Sebagai mahasiswa baru peserta di jurusan ini bisa menentukan konsesntrasi baik itu di sosial sains, kesehatan, gender atau lingkungan. Saya fokus di kesehatan sesuai dengan latar belakang pekerjaan dan pengalaman di IISD dan MPKU.
Waktu dua bulan sebetulnya belum lama tapi waktu yang cukup untuk proses penyesuaian diri dengan kehidupan akademis dan sosial di Ohio University. Bekal secara teoritis dan pengetahuan sudah banyak di dapat soal bagaimana para mahasiswa paska sarjana belajar dan bagaimana sistem disini memperlakukan mahasiswanya, namun pengalaman di lapangan memang banyak sekali yang baru dan tidak bisa dijelaskan hanya dari pembekalan di orientasi kampus atau pembekalan di Jakarta dulu.
Untuk semester ini saya mengambil 14 kredit untuk 4 mata kuliah (courses) yaitu 3 mata kuliah wajib (Pro Seminar on International Development, World Economic Geography dan ELIP Graduate Wirting) dan 1 satu mata kuliah pilihan (Social Behavior in Public Health). Hal pertama yang harus digarisbawahi bahwa sistem pendidikan untuk paska sarjana disini bertumpu pada keaktifan dan inisiatif mahasiswa. Seorang professor di Northern Illinois University pernah berpesan bahwa mentor dan instructor utama sebetulnya ada bahan-bahan bacaan yang ditugaskan oleh dosen dalam setiap mata kuliah. Sedangkan dosen lebih bertindak sebagai fasilitator.
Minggu-minggu awal adalah proses awal menyesuaikan diri dengan sistem di kampus. Dari mulai cara mendaftar mata kuliah, menggunakan fasilitas di perpustakaan, berinteraksi dengan dosen di kelas dan jam kerja atau juga dengan dalam mengerjakan berbagai tugas-tugas dari perkuliahan. Di bulan pertama tugas-tugas kuliah mulai berdatangan. Dan tempat yang paling sering dikunjungi adalah perpustakaan. Mager di perpustakaan sampai malam, dini hari, shubuh bahkan sampai siang adalah rutinitas mingguan.
Penyesuaian yang paling pelik tentu adalah soal bahasa, baik itu di kelas, pergaulan sehari-hari atau bahkan dalam pengerjaan tugas. Meskipun di 3 kelas yang saya ikuti saat ini mayoritas mahasiswanya adalah international students tapi dalam banyak hal ini memang masih menjadi kendala. Harus kita yang menantang dan memaksa diri sendiri untuk aktif di kelas bertanya, bertemu dosen ataupun bersosialisasi.
Hal lain yang pelru dijadikan contoh di kampus-kampus US ini adalah totalitas dosen dan fasilitas yang diberikan kepada mahasiswa. Dosen disini senang sekali kalo ada mahasiswa yang bertanya dan mengajak diskusi, tandanya ia punya minat dan tertarik dengan pembahasan yang disampaikan. Mereka akan dengan sangat senang hati memberikan penjelasan atau informasi baru yang mungkin tidak akan didapatkan dalam interaski di dalam kelas.
Soal fasilitas jangan ditanya, lengkap semua. Di kampus saya setiap mahasiswa diberikan fasilitas email dan sistem dari Microsoft Business. Kampuse membuatkan email khusus yang dilengkapi dengan fasilitas penyimpanan cloud one drive lebih dari 1TB. Jaringan internet ada di seluruh penjuru kampus. Jadi dari Indonesia bawa Harddisk eksternal 1TB hingga dua bulan ini masih perawan, tidak digunakan. Semua materi dari dosen bisa diakses melalui email atau jejaring platform khusus di Blakboard. Kemudian semua mahasiswa juga bebas menginstall software microsoft office dan beberapa software lain secara gratis dan orisinal.
Fasilitas untuk riset dan belajar pun disediakan lengkap. Perpustakaan kami di Alden Library buka 24 jam kecuali Jumat dan Sabtu yang hanya sampai jam 10 malam. Tapi diluar itu kita bisa sepuasnya tinggal di perpustakaan sepanjang hari dan sepanjang malam. Butuh jurnal dan buku koleksi kampus sangat lengkap baik itu softcopy atau hardcopy. Jika tidak tersedia bisa request ke jaringan perpustakaan di Negara Bagian Ohio (Ohio Link). Kalo tidak ada juga bisa request ke jaringan perpustakaan se-US (Interlibrary).
Fasilitas printer dan scanner tersedia dengan begitu mudah. Komputer juga kalo nggak punya di perpus ada lebih dari 300 unit, bisa pinjem laptop juga. So, kalo dari segi fasilitas tidak ada kurang-kurangnya kita bisa belajar dengan nyaman. Yang mau olahraga disediakan fasilitas yang juga lengkap, dari mulai fitness center, lapangan voli, basket, futsal, aerobic dll tinggal sebut saja.
Namun balik lagi adalah soal fokus dan bagaimana kita menggunakan itu semua. Belum lagi berbagai event-event kegiatan mahasiswa yang bisa diikiti tiap hari. Mahasiswa juga digratiskan naik kendaraan umum (bis) yang beredar di kampus dan daerah sekitarnya yang terintegrasi dengan sistem transportasi kota. Memang semua fasilitas itu bisa diberikan tentunya dengan investasi yang cukup besar juga. Kalo harus bayar sendiri, uang SPP atau iuran lain mahal sekali bisa bikin nyerah dan bilang Naudzu billah. hehehhehe
Diluar semua itu memang sekolah disini kita masuk kultur baru, pengetahuan baru dan standar kualitas yang berbeda. Misalnya di Indonesia jangan pernah berpikir bisa masuk kelas pake celana pendek atau kadang di beberapa kampus pake kaos oblong pun tidak bisa. Di sini, kuliah pake kolor doang mah lumrah. Interaksi dengan dosen sebagian besar sangat cair, ada dosen yang ingin disebut nama depan saja dan sangat tidak formal memang tidak semua.
Laptop, Perpustakaan, Tugas Paper dan Makan Malam pake Ubi Manis di Alden Library Ohio University |
Namun diluar informalitas dan santainya interaksi proses belajar dan kualitas karya adalah yang utama. Dalam satu mata kuliah kadang kita dibebani bacaan beratus halaman seminggu dan harus menulis paper. Begitu pula semua tugas harus dipastikan karya sendiri karena kalau ketahuan mencontek atau melakukan plagiarisme maka akibatnya fatal, bukan hanya tidak akan dapat nilai namun juga risiko DO terusir dari kampus.
So, itulah beberapa poin yang bisa saya share. Ini catatan yang sangat acak yang tidak tersistematisasi dengan baik tapi mungkin cukup memberi gambaran bagaimana pengalaman saya di Athens, Ohio berproses di OU.
Yang ingin saya tekankan meskipun memang workload dan tuntuan kuliah tidak ringan tapi sepanjang kita komitmen dan berusaha orang kampung kayak saya dari Gunung Cikuray, insya Allah bisa memenuhi dan mengitui proses dengan baik.
Post a Comment
Thanks to visit my blog
Terima kasih sudah berkunjung