Suatu kali Istri saya dengan latar belakang psikologinya bilang bahwa seseorang itu harus cepat menentukan karir secepatnya supaya masa depannya jelas. Istri saya bilang akan lebih bagus seseorang sudah bisa fokus karirnya pada usia sebelum 25 tahun, paling telat umur 35 tahun. Sehingga saat usianya mencapai usia matang pada sekira 40 tahun masa perkembangan karirnya sudah mencapai puncak dan ia akan fokus dalam memberi pengaruh kepada masyarakat.
Teori istri saya ini memang ideal, namun pada prakteknya tidak mudah menetapkan fokus karir karena dipengaruhi banyak hal. Salah satunya adalah prioritas untuk bertahan hidup.
Dalam banyak kasus perjuangan untuk bertahan hidup masih banyak dialami anak muda Indonesia. Boro-boro memikirkan karir, untuk menyambung hidup sehari-hari saja sulit. Sebagai contoh jika kita bicara akses terhadap pendidikan tinggi saja, bagi sebagian besar anak muda Indonesia masih merupakan barang mewah. Sehingga isu menentukan karir bagi mereka adalah sebuah mimpi. Yang penting hidup dulu.
Namun tidak ada salahnya jika kita pelajari trik-triknya siapa tahu bisa diterapkan. Para career coach seperti Rene Suhardono, menekankan pentingnya passion dalam menentukan karir. Passion itu kalo sederhananya adalah kecocokan dengan jiwa dan preferensi pribadi, sehingga apapun karir yang dipilih sesuai dengan karakter dan mampu memberi kepuasan dalam menjalaninya.
Bagi Rene, karir itu beda dengan job/pekerjaan. Kalo karir itu lebih mirip panggilan jiwa, sesuatu yang kita kerjakan dengan penuh hasrat, sepenuh jiwa, yang kita senang melakukannya meski tanpa imbalan apapun. Sesuatu yang bisa membuat jiwa kita penuh. Nah adapun pekerjaan itu pilihan pragmatis untuk memenuhi kebutuhan, sesuatu yang dilakukan untuk bertahan hidup, survival. Jadi seseorang itu bisa saja kerja di satu bidang, namun ia punya karir di bidang lain yang sesuai panggilan jiwanya.
Dalam tulisan lain saya menambahkan bahwa selain passion sebetulnya ada faktor lain yang bisa dijadikan pertimbangan memilih karir yaitu pengabdian. Apalagi banyak ajaran agama yang mengajarkan bahwa orang yang terbaik adalah yang bermanfaat bagi yang lainnya. Silahkan cek disini.
5 Jalur Karir
Namun kembali kepada pilihan karir, menurut saya pribadi paling tidak ada 5 track /jalur yang bisa ditempuh bagi siapapun dalam pengembangan karirnya. Tentu jalur ini saling terkait antara satu dengan yang lainnya, dan orang pun bisa menjalaninya bersamaan. Namun supaya bisa konsentrasi dan mampu mengeluarkan potensi terbaik, pentingnya fokus maka pembagian jalur ini semoga bisa membantu :
1. Jalur Akademisi
Jalur akademis maksudnya fokus pada pengembangan keilmuan dan pengajaran. Profesinya biasanya dosen, guru atau ustadz. Ukuran keberhasilan dalam jalur akademis adalah karya akademis dan pengaruh pengajarannya. Misalnya sejauh mana ia bisa menghasilkan pandangan akademis yang bisa memberikan nilai tambah atau pencerahan. Mudahnya seorang akademisi yang sukses bisa diukur dari sejauh mana ia dianggap kredibel dalam bidang keilmuannya. Diakui pengetahuannya sehingga banyak orang yang mengikutinya. Berapa jumlah penelitian? Berapa banyaknya tulisan di jurnal atau media massa? Adakah teori yang dikembangkan? Adakah pendapat baru? Atau adakah bidang keilmuan yang dikembangkan?
Jalur akademis ini adalah jalan yang sunyi karena langkah untuk menempuhnya juga tidak mudah. Jalur ini berfokus memberikan arah dan panduan, menuntut integritas dan keteguhan dalam memegang prinsip dan nilai meskipun pada awalnya banyak penentangan. Penghormatan pada orang yang menempuh jalur ini sangat tinggi. Bagi yang mencari materil, ini bukan jalur yang menjadi tujuan anda. Bukan berarti akademisi, guru tidak bisa sejahtera, namun bukan profesi yang bisa menjadikan anda menumpuk kekayaan sebanyak-banyaknya. Emangnya itu tujuan hidup? Nggak juga kan.
Untuk yang ingin menempuh jalur ini maka pendidikan formal jadi salah satu syarat utama. Lanjutkan sekolah dan kursus atau pelatihan. Kuliah S1, S2 dan S3. Meskipun dalam bidang apapun kita bergerak tentu yang paling penting adalah karya dan kontribusi kita.
2. Bisnis dan Pengusaha
Jalur bisnis dan usaha adalah fokusnya pada kesejahteraan. Di bidang ini secara kasat mata memang melimpah akan materi, meskipun untuk sampai pada tarap berlimpah, perjuangannya tidak semudah membalikkan telapak tangan. Yang dilakukan adalah berniaga atau melakukan produksi. Indikator kesuksesan di bidang bisnis dan usaha adalah pertumbuhan bisnis, keuntungan dan omzet bisnis.
Di kalangan umat islam sangat terkenal bahwa 9 dari 10 pintu rejeki itu adanya dalam berniaga. Namun jalur bisnis dan pengusaha juga sudah berkembang pesat konsepnya. Jika pada awalnya pebisnis akan fokus pada penumpukan modal dan melipatkan keuntungan, sekarang konsepnya jauh berkembang dengan aspek sosialnya. Maka berkembanglah term seperti socio preneur. Karenanya ada indikator lain yang sangat penting adalah sejauh mana usaha kita bisa mensejahterakan banyak orang, membuka lapangan pekerjaan dan mengangkat kondisi ekonomi orang-orang sekitar. Jadi aspek kebermanfaatan menjadi pertimbangan utama selain keuntungan materil.
3. Profesional
Jalur lain tentunya jasa atau profesi. Maksudnya profesi yang memberikan layanan pada bidang tertentu secara spesifik. Misalnya insinyur, pengacara, konsultan, akuntan, manjer kuangan, dokter, perawat dan banyak lagi. Indikator keberhasilannya adalah profesionalisme dalam layanan, pengakuan dari komunitas profesinya dan kontribusi spesifik pada bidang keahliannya. Profesional memang membutuhkan pengetahuan spesifik di bidangnya hampir sama dengan akademisi, namun profesional lebih menitikberatkan pada skill dan kemampuan terapan pada ilmunya.
Jika akademisi lebih fokus pada teori dan maka profesi ini adalah pelakunya yang melakuka prakteknya di lapangan. Akademisi bisa migrasi jadi profesional atau sebaliknya profesional juga bisa masuk akademisi, meski dalam banyak bidang ada persyaratan-persyaratan khusus. Penekanan profesional ada pada pelayanan jasa.
4. Sosial kemasyarakatan
Bidang sosial kemasyarakatan fokus pada penanggulangan berbagai permasalahan sosial kemasyarakatan. Aktif di yayasan non profit, organisasi keagamaan atau lembaga swadaya masyarakat. Dalam prakteknya profesional, bisnis dan akademisi bisa masuk ke jalur ke bidang ini , tapi banyak juga yang fokus hanya disini. Indikator keberhasilan adalah sejauh mana bisa berkontribusi pada masalah layanan sosial kemasyarakatan, ada pendidikan, pemberdayaan ekonomi, layanan kesehatan, atau advokasi kebijakan.
Di bidang ini juga banyak sociopreneur yang menggabungkan konsep bisnis dengan pemberdayaan masyarakat. Penekanan lebihnya pada sisi sosial kemasyarakatan, sementara bisnis atau usaha adalah strategi untuk menopang keberlanjutan layanan dalam jangka panjang. Di Muhammadiyah misalnya ada istilah amal usaha, artinya meskipun ada sisi usahanya, tapi amal atau layanan sosialnya yang menjadi core bisnis utama.
5. Politik dan kepemimpinan
Untuk jadi pemimpin di bidangnya masing-masing siapapun bisa melakukannya sepanjang bisa memberikan nilai lebih, inisiatif dan inovasi. Begitu pula dalam ranah politik, sejatinya ia adalah jalur untuk melakukan pengabdian kepada masyarakat. Politisi akan menentukan banyak sekali kebijakan publik dan mengawasi kinerja dari pemerintahan. Posisinya mulia dan terhormat, kewenangannya juga kuat. Namun justru karena beban beratnya ini tuntutan dan godaannya juga kuat.
Indikator keberhasilannya tentu pengembangan kebijakan yang berpihak kepada masyarakat banyak. Atau kalo di parpol adalah sebesar mana kekuasaan yang bisa digenggam untuk melakukan perubahan. Meski dalam praktek tidak seindah itu. Namun secara de facto politik dan kepemimpinan akan berpengaruh pada banyak orang.
Tentunya berbagai pembagian ini masih bisa ditambahkan misalnya dengan jalur produksi seperti petani. Atau misalnya dengan aspek keagamaan seperti ustad dan dai. Tapi paling tidak ini memberikan gambaran dan memudahkan kita memilih jalur yang mau ditekuni. Karena ada akhirnya waktu kita terbatas dan kemampuan juga ada limitnya.
Maka fokus pada salah satu bidang adalah strategi dan upaya agar kita bisa memberikan kontribusi secara spesifik dan bermakna.
Pada prakteknya memang antara satu bidang dengan bidang lainnya saling berkaitan dan saling melengkapi. Satu orang bisa berpindah jalur dari bidang satu ke bidang yang lainnya. Namun untuk memulai dan menetapkan dasar ada baiknya fokus pada satu bidang sebelum berpindah dan bisa memilih.
Namun terlepas dari bidang apa yang kita geluti sekarang, maka sebaiknya jalankan peran dengan sebaik-baiknya. Pada akhirnya semua orang memiliki peranana sesuai dengan posisi dan kapasitasnya masing-masing. Mensyukuri apa yang di hadapan kita dan melaksanakan berbagai amanah dengan sebaik-baiknya. Besar kecil peran tetap seignifikan.
Post a Comment
Thanks to visit my blog
Terima kasih sudah berkunjung