Jika kita mau perhatikan, isu mengenai financial literacy mulai marak di Indonesia. Paling tidak ada beberapa tanda untuk mendukung hal ini. Pertama, fakta semakin menjamurnya rubrik keuangan atau spesifiknya pengelolaan keuangan pribadi di berbagai media baik cetak maupun online. Di media cetak yang mainstream seperti di kompas dan detik.com dua rubrik tentang keuangan ini semakin ramai. Apalagi di media media bisnis tentunya ulasan mengenai financial literacy juga pasti lebih marak.
Indikasi kedua adalah semakin menjamurnya lembaga-lembaga keuangan yang menawarkan layanan perencanaan keuangan. Bukti lain adalah larisnya penjualan salah satu buku tentang perencanaan keuangan “Menjadi Indonesia Yang Kuat” yang ditulis oleh pakar keuangan Ligwina Hananto adalah bukti lain isu ini semakin marak. Belum lagi ditambah dengan semakin banyaknya acara baik di televisi maupun radio yang membahas mengenai masalah kecerdasan finansial (finansial literacy).
Maraknya isu ini tidak terlepas dari stabilnya perekenomian Indonesia dan semakin menebalnya kelas menenangah di Indonesia. Karena isu perencanaan keuangan tentunya tidak akan laku di masyarakat yang kelas menengahnya masih sedikit. Bahasa vulgarnya, perencanaan keuangan untuk golongan masyarakat yang memiliki uang untuk dikelola. Jika uangnya tidak ada maka apa yang mau dikelola? Hal ini paling tidak menunjukkan bahwa fondasi ekonomi nasional sudah cukup kuat dan akan semakin kuat jika kelas menengahnya memiliki kemampuan financial literacy yang mumpuni.
Perencana Keuangan selalu menyarankan untuk menyiapkan berbagai kebutuhan di masa depan. Yang pada intinya adalah menyiapkan berbagai kebutuhan baik itu yang primer, sekunder dan tertier. Misalnya kebutuhan primer uang bulanan, rumah, pakaian (sandang, pangan dan papan). Menyiapkan dana pendidikan, dana darurat, dana pensiun dan lain sebagainya.
Dan untuk menyiapkan berbagai macam kebutuhan tersebut adalah dengan melakukan investasi. Investasi sebetulnya bukan hal yang baru, karena sejak dulu sudah diajarkan orang tua kita secara turun temurun. Kebijakan lama misalnya ajakan untuk menabung adalah bentuk investasi. Maka perencanaan keuangan tidak akan berhasil sama sekali tanpa memiliki kebiasaan menabung. Karena kebutuhan-kebutuhan yang akan dihadapi bisa sangat menguras keuangan kita. Keluarga tanpa perencanaan keuangan yang baik dapat mengalami kesulitan ekonomi jika tidak melakukan perencanaan keuangan yang baik.
Oke, nah sekarang bagaimana melakukan perencanaan keuangan? Dari berbagai blog paling tidak ada beberapa langkah yang perlu dilalui :
1. Mengubah Mental
So perencanaan keuangan sebetulnya harus dimulai dengan perubahan mental dulu. Jika mental kita konsumtif maka sebesar apapun uang yang kita hasilkan tidak akan bersisa. Jika besar pasak daripada tiang maka tidak ada uang yang akan bisa disimpan untuk diakumulasi untuk memenuhi berbagai kebutuhan di masa yang akan datang dan keperluan darurat. Ibaratnya jika ember itu bocor bawahnya maka mengisi sebanyak apapun pada akhirnya akan habis tak bersisa. Satu ungkapan yang penting dalam soal keuangan adalah “It is not how much you can earn, but how much you can keep”. Yang paling utama adalah bukan sebesar apa penghasilan, namun seberapa banyak yang bisa ditabung dan diinvestasikan. So langkah pertama untuk melakukan perencanaan keuangan adalah mengubah cara pikir kita dalam melakukan itu.
2. Memupuk Kebiasaan Menabung
Mental yang baik untuk mengelola keuangan juga pada realnya adalah dalam bentuk menabung. Menyisihkan uang dari yang kita dapat baik dari gaji ataupun bisnis adalah kebiasaan yang harus dilatih. Jika tidak menabung maka tidak perlu ada perencanaan keuangan karena tidak akan ada uang yang harus dikelola.
3. Menentukan Tujuan
Tujuan keuangan itu perlu ditetapkan supaya dalam menabung dan menyiapkannnya bisa lebih jelas. Karena menabung atau merencanakan tanpa menentukan tujuan akan terasa hambar. Tujuan keuangan ini bisa diturunkan dari kebutuhan primer, sekunder dan tersier. Misalnya berapa kebutuhan untuk mendapatkan rumah pertama, dengan cicilan atau cash? Atau biaya sekolah anak dari SD hingga kuliah dan lain sebagainya. Dengan mengidentifikasi tujuan yang akan dihadapi di masa depan maka persoalan menabung jadi lebih terasa pentingnya karena ternyata di depan banyak sekali hal yang harus disiapkan.
4. Memilih instrumen investasi
Nah ini yang jarang diketahui oleh orang banyak. Tujuan keuangan akan sangat sulit untuk dicapai jika kita menyiapkannya hanya dengan cara konvensional. Artinya sekedar menabung. Karena tujuan keuangan di masa depan pasti akan semakin tinggi dari sekarang. Secara ada inflasi, dan depresiasi terhadap uang yang dikumpulkan. Untuk menyelamatkan itu kita perlu mempelajari instrumen investasi agar uang yang ditabung itu bisa memenuhi kebutuhan finansial di masa yang akan datang. Para perencana keuangan biasanya menyebutkan beberapa instrumen keuangan seperti tabungan, deposito, reksadana, saham, logam mulia atau investasi real seperti membeli pohon jabon.
Masing masing instrumen investasi itu beda-beda karakteristiknya sesuai dengan jangka waktu yang kita butuhkan dan kita punya untuk menyiapkan berbagai tujuan keuangan itu.
5. Walk the plan
Perencanaan keuangan sebaik apapun tidak akan efektif jika sekedar hanya jadi dokumen saja. Maka langkah selanjutnya tentunya menerapkan perencanaan keuangan itu secara disiplin dan konsisten.
Dimulai dengan membiasakan setiap bulan menabung di awal bukan diakhir, menyimpan tabungan dalam bentuk investasi dan menahan diri supaya mencukupkan dengan uang yang ada dengan menunda ksenenangan adalah beberapa hal yang harus dilakukan untuk mencapai berbagai tujuan keuangan ini.
gambar dari sini
Post a Comment
Thanks to visit my blog
Terima kasih sudah berkunjung