Semua mungkin sepakat masa remaja adalah masa yang begitu indah. Masa saat kita semua ingin menjadi raja dalam dunia kita sendiri. Masa transisi dan masa-masa tanggung, ketika penasaran dan rasa canggung begitu menggunung. Waktu itu kita sudah tidak lagi cocok untuk dipanggil anak-anak, namun juga belum cukup besar untuk disebut sebagai orang dewasa dengan segala kerumitannya. Ya kita berada diantara keduanya. Jiwa yang mungkin masih kecil namun dengan mimpi dan isi kepala yang semakin membesar. Banyak sekali kenangan yang dirasakan, yang pasti juga salah satunya adalah masa ceria sebagai anak muda. Saat itu dunia dan segala isinya terasa begitu seru dan menyenangkan.
Seperti itulah yang kita rasakan. Sob, tong poho tahun depan teh genap sudah 10 tahun (2002 – 2012) kita berpisah sebagai sebuah komunitas utuh dalam satu ruang dan waktu yang sama, Darul Arqam. Bagi sebagian mungkin kita sudah berpisah lebih lama lagi karena tidak semua teman memilih untuk menyelesaikan masa belajar SMP (MTS) dan SMA (MA) di Darul Arqam.
Namun yang pasti 1,2, 3, 4, 5 atau 6 tahun kita habiskan bersama di Jl. Ciledug 284 itu adalah kenangan yang campur aduk, Nano-Nano. Tidak ada dunia yang berjalan dengan satu sisi, selalu ada sisi buruk saat sisi baik kita nikmati dan kita kenang. Ada malam-malam yang penuh sedih dan derai air mata, atau siang yang penuh dengan ceria dan kesenangan. Kita tidak jarang merasakan rasa ketir dan takut jauh dari orang tua, namun teman yang lucu, imut, menggemaskan sekaligus menyebalkan mereka selalu menghibur dan menguatkan kita menjalani hari demi hari.
Saya yakin di tempat itu ada yang tidak kita sukai, mungkin ada yang sampai kita benci, namun pasti juga banyak kenangan indah yang hingga sekarang masih membuat kita seuri koneng menertawakan masa-masa itu. Masa muda kita lewati disana, bersama-sama, berbagi gayung atau celana mandi, ngurawa, bolos bareng dan sejuta kenangan lainnya. Susah dan senang, duka dan bahagia semua bercampur beraduk menjadi mozaik yang tidak akan pernah terpisah dari perjalanan masing-masing, itulah bagian dari kehidupan kita. Bagian dari sejarah masing-masing ‘kita’.
Ada begitu banyak kenangan tentang semua orang, yang membekas dan mungkin kemudian menjadi cap dan stereotype yang kita sematkan satu ke yang lain dan sebaiknya. Ada Si Buraong yang kreatif, Si Galak yang ternyata melankolis, Si Pinter yang ternyata porenges atau Si Pendiam yang ternyata menghanyutkan. Rasanya seakan kita mengenal seluk beluk dan bahkan modal dapur setiap anggota angkatan. Karena kita menemaninya semenjak ia bangun tidur, masuk kelas, keluar kelas, istirahat atau melakukan kegiatan lain. Bahkan hingga ia melepas hari dan berebahan menjemput malam yang pekat. Kita mungkin mengenal banyak teman dari satu sisi dan dalam satu periode tertentu pada saat itu. Namun semua itu bukan seluruhnya! Semua itu adalah satu sisi dan periode itu bukan akhir karena pasti ada episode dan babak kehidupan yang akan kita jalani masing-masing bersama-sama maupun secara sendiri-sendiri saat kita tidak bersama lagi. Selama di DA ada banyak kesempatan yang kita sesali, namun yakin deh lebih banyak yang bisa disyukuri.
Dan tiba-tiba setelah terpisah kita kehilangan kontak dan kabar. Dan tiba-tiba kita terkaget karena ternyata Si Culun yang lugu itu menikah lebih cepat dari Si Populer yang banyak fans atau gebetannya. Atau dia, yang dulu kita anggap bengal tapi ternyata memiliki bisnis atau usaha lebih cepat dan lebih berkembang daripada si pintar yang kita dulu kita yakini akan menjadi orang sukses. Ternyata seorang teman dekat yang begitu lengket kayak perangko pun memiliki masa depan yang sama sekali diluar perkiraan kita. Ya ternyata kita baru sadar, dengan benar-benar sadar bahwa stereotype atau kesan yang kita dapatkan adalah sementara, karena semua orang siapapun kita selalu memiliki kesempatan untuk mengubah arah. Kita semua berada dalam sebuah proses menjadi, menyusun reputasi dan prestasi sendiri hingga nanti akhir hayat tiba.
Mungkin kita nyesel waktu tidur di kelas dan melewatkan beberapa pelajaran, atau ngejailin guru dan teman atau mungkin pernah tidak peduli dengan kehidupan dan perasaan teman seranjang atau se-gank yang eksistensinya tersisihkan. Bisa jadi kita nyesel juga tidak merasakan bunga-bunga asmara saat masih di hidup di asrama, ngahit tinggal kenangan, mejeng dan miting tidak sempat dinikmati. Namun setiap pilihan ada konsekuensinya, baik atau buruk. Dan mungkin setelah 10 tahun berlalu semua pilihan itu menjadi penyesalan atau kesyukuran. Kita lihat nanti dan setiap pribadi bisa merasakannya.
Setelah sekian lama berlalu, semua telah menjadi masa lalu. Dan satu yang pasti, kita mengalami begitu banyak perubahan. Teman yang culun yang dulu kita kenang sekarang mungkin sudah menjadi seorang kepala rumah tangga, atau menjadi seorang ibu yang berbahagia dengan satu atau dua anak. Ada juga yang masih betah atau masih ingin tetap sendiri, karena menunggu yang paling pas. Atau yang sedang berjuang menjalani ‘kehidupan yang sebenarnya’. Namun satu yang tidak berubah, rasa kebersamaan yang dulu kita miliki tetap ada di hati-hati kita. Kita terkoneksi dengan jaringan yang tidak akan terpengaruh oleh kuat lemahnya sinyal tower telepon seluler. Jaringan persaudaraan yang kuat, yang membuat kita merasa dekat satu sama lainnya, bagaikan saudara karena kita memang bersaudara. Meskipun kadang kita tidak selalu memiliki waktu untuk menyatakan dan menunjukkan ikatan itu. Karena mau tidak mau suka atau tidak suka sekarang masing-masing kita telah memiliki dunia dan kehidupan masing-masing, tanggung jawab dan kewajiban yang harus kita jalani.
Masa lalu tidak akan pernah terulang. Semua kini tinggal di belakang menjadi sebuah kenangan. Suatu masa dan proses yang membentuk kita, masing-masing kita menjadi pribadi yang eksis dan sedang mengada saat ini. Bertemu teman lama, kawan jauh apalagi yang dekat untuk mengenang masa lalu, bukan untuk menyesalinya namun untuk merayakannya. Dan yang paling penting adalah berbagi aura positif dan optimisme menghadapi hidup yang tidak sederhana ini. Segala kenangan manis mari kita bernostalgia untuk mensyukurinya, kenangan yang buruk biarlah ia terkubur waktu dan kita tinggalkan di belakang. Yang bisa kita lakukan adalah mengambil pelajaran untuk masa depan yang lebih baik. Atau mungkin melunasi dan meluaskan perasaan kita. Jika ada perasaan yang belum terungkap, permohonan maaf yang terutang atau pengakuan yang perlu kita sampaikan, jika kita bertemu kita punya waktu untuk itu. Jika memang itu bisa membuat diri kita menjadi lebih baik? Why not? Mungkin tidak dihadapan semua orang, cukup dalam percakapan singkat yang akan menjadi rahasia antar teman, selamanya.
So, mungkin begitulah kita bereuni. Bukan hanya untuk menikmati dan mengenang kemesraan dan kebersamaan di masa lalu, namun juga untuk berbagi dan menguatkan satu sama lain menghadapi tantangan dan kehidupan masing-masing.
reunion makes unity
ReplyDelete