Seseorang bilang kalo kebahagiaan itu katanya dibagi tiga tingkatan. Ada kebahagiaan fisik, emosional dan spiritual. Kemudian dia menjelaskan ketiga jenis itu dengan sangat sederhana. Kebahagiaan fisik katanya adalah saat kebutuhan secara fisik bisa terpenuhi dengan baik. Orang makan makanan yang enak bisa bikin kita bahagia secara fisik. Nikmat dan sehat. Atau misalnya saat badan ngilu, pegal, penat karena kerja yang melebihi kapasitas tubuh. Tentu ada rasa nikmat saat tukang pijat membuat kita relaks dan mengendorkan otot-otot tubuh. Dan kenikmatan-kenikmatan ragawi lainnya yang bisa diperoleh manusia karena memenuhi kebutuhan fisik (mungkin disini bisa juga masuk seks) bisa bikin kita bahagia.
Namun kebahagiaan ini tidak bertahan lama. Beberapa jam setelah lambung dan organ penecernaan memproses makanan kita, rasa nikmat yang tadi hilang kembali berganti lapar. Begitu juga badan rileks dan ringan setelah dipijat tentu akan kembali lelah seketika setelah kita beraktifitas kembali. Kebahagiaan fisik juga bisa sirna kalo misalnya kita KO sama penyakit. Dicuri kesehatannya oleh tubuh yang tidak dirawat dengan baik, atau dibawa oleh bertambahnya usia. Kebahagiaan fisik memiliki durasi yang sangat terbatas. Sangat singkat sekali.
Kebahagiaan kedua lanjutnya adalah kebahagiaan emosional. Ini masih ada kaitannya dengan fisik tapi bisa lebih dalam lagi. Berkaitan dengan perasaan dan emosi manusia. Kalo suatu saat kita berprestasi di kelas/kantor kemudian ada orang memuji kinerja kita, bahagia rasanya. Atau suatu ketika kita melihat sesungging senyum dari orang lain, kita pun merasa bahagia. Saat prestasi dihargai, kerja keras diapresiasi saat itulah kita merasa bahagia. Begitu pula saat cita-cita kita tercapai, prestasi terukir di saat itu emosi kita merasa bahagia. Kebahagiaan ini kita dapat melalui apresiasi dan prestasi.
Namun lagi-lagi kebahagiaan ini juga tidak bertahan lama. Karena saat kenyataan tidak sesuai dengan yang diharapkan, saat itulah secara langsung mood kita berubah menjadi kecewa. Karena seperti kata kevin Spacey saat jadi Mr Simonet di film Pay It Forward, "World is great Dissapointment!", kadang dunia terjadi tidak seperti yang kita harapkan. Selalu ada perselisihan antara kenyataan dan harapan. Dan itu bisa membuat kita kecewa. Kebahagiaan emosional yang membumbung tinggi bisa hancur berkeping karena kita kecewa.
Namun ada jenis kebahagiaan yang jangka waktunya paling lama diantara kebahagiaan lain yang telah dijelaskan diatas. Kebahagiaan spritual. Kebahagiaan yang dicapai dengan tidak bisa digantungkan pada kepuasaan fisik atau emosi. Tapi lebih ke masalah hati nurani yang paling dalam. Kebahagiaan yang bisa muncul dengan memenuhi panggilan kemanusiaan. Agak sulit menjelaskannya, namun teman saya itu mencontohkan kepuasaan seorang anak yang membantu seorang kakek renta menyebrangi jalan. Contoh lain adalah saat orang yang bahagia karena bisa membuat hidup orang lanin menjadi lebih baik, dengan tanpa mengharap imbalan apapun. Kebahagiaan yang kita dapat dari memberi, mengabdi.
Inilah kebahagiaan yang membuat bu Muslimah dan Pak Harfan di Laskar Pelangi bertahan selama 6 tahun untuk mengajar 10 anak kampong dengan upah seadanya. Atau yang membuat puluhan atau ratusan guru di pedalaman bertahan di tengah keterbatasan. Kebahagiaan yang dirasakan oleh guru-guru ngaji di surau, langgar dan mesjid kecil di pelosok melihat anak didiknya lancar membaca barisan hijaiyyah di halaman quran. Kebahagiaan yang tidak tergantung kepada materi ataupun emosi. Memberi dengan ikhlas, tanpa pamrih.
Kebahagiaan yang didapat dengan cara ini dijamin bertahan lebih lama dibanding kebahagiaan jenis sebelumnya. Karena Memberi seperti kata Bang Iwan Fals "membebaskan hati". Ini juga pesan pak Harfan "Hiduplah untuk memberi sebanyak-banyaknya". Orang yang mengejar kebahagiaan macam ini adalah mereka yang kaya dengan tanpa perlu memiliki harta yang berlimpah, karena mereka kaya di hati bukan di benda. Kaya dengan memberi. Memberi apapun! Tentunya dengan ikhlas dan tanpa pamrih.
Ajaran ini pula yang masih terngiang di kedua telingaku, wasiat ilmu hidup dari almarhum babeh Miskun, tentang pentingnya ikhlas dalam segala hal. yang masih teringat adalah ayat dalam surat albayyinah "wama umiru illa liyabudullah mukhlisin lahu ddin hunafaa" dst. Bahwa ajaran agama sebetulnya ada dalam mengerjakan perintah dengan ikhlas dan itu sesuai dengan fitrah manusia yang hanif, condong pada kebaikan.
Maka dari sekarang mulailah memberi kalo mau bahagia. Memberi waktu, harta, jiwa kalo perlu, tenaga, maaf, cinta, ilmu, dan apapun. Beri dan lupakan, dan lihat apa yang akan terjadi.!
gambar dari sini
Kebahagiaan kedua lanjutnya adalah kebahagiaan emosional. Ini masih ada kaitannya dengan fisik tapi bisa lebih dalam lagi. Berkaitan dengan perasaan dan emosi manusia. Kalo suatu saat kita berprestasi di kelas/kantor kemudian ada orang memuji kinerja kita, bahagia rasanya. Atau suatu ketika kita melihat sesungging senyum dari orang lain, kita pun merasa bahagia. Saat prestasi dihargai, kerja keras diapresiasi saat itulah kita merasa bahagia. Begitu pula saat cita-cita kita tercapai, prestasi terukir di saat itu emosi kita merasa bahagia. Kebahagiaan ini kita dapat melalui apresiasi dan prestasi.
Namun lagi-lagi kebahagiaan ini juga tidak bertahan lama. Karena saat kenyataan tidak sesuai dengan yang diharapkan, saat itulah secara langsung mood kita berubah menjadi kecewa. Karena seperti kata kevin Spacey saat jadi Mr Simonet di film Pay It Forward, "World is great Dissapointment!", kadang dunia terjadi tidak seperti yang kita harapkan. Selalu ada perselisihan antara kenyataan dan harapan. Dan itu bisa membuat kita kecewa. Kebahagiaan emosional yang membumbung tinggi bisa hancur berkeping karena kita kecewa.
Namun ada jenis kebahagiaan yang jangka waktunya paling lama diantara kebahagiaan lain yang telah dijelaskan diatas. Kebahagiaan spritual. Kebahagiaan yang dicapai dengan tidak bisa digantungkan pada kepuasaan fisik atau emosi. Tapi lebih ke masalah hati nurani yang paling dalam. Kebahagiaan yang bisa muncul dengan memenuhi panggilan kemanusiaan. Agak sulit menjelaskannya, namun teman saya itu mencontohkan kepuasaan seorang anak yang membantu seorang kakek renta menyebrangi jalan. Contoh lain adalah saat orang yang bahagia karena bisa membuat hidup orang lanin menjadi lebih baik, dengan tanpa mengharap imbalan apapun. Kebahagiaan yang kita dapat dari memberi, mengabdi.
Inilah kebahagiaan yang membuat bu Muslimah dan Pak Harfan di Laskar Pelangi bertahan selama 6 tahun untuk mengajar 10 anak kampong dengan upah seadanya. Atau yang membuat puluhan atau ratusan guru di pedalaman bertahan di tengah keterbatasan. Kebahagiaan yang dirasakan oleh guru-guru ngaji di surau, langgar dan mesjid kecil di pelosok melihat anak didiknya lancar membaca barisan hijaiyyah di halaman quran. Kebahagiaan yang tidak tergantung kepada materi ataupun emosi. Memberi dengan ikhlas, tanpa pamrih.
Kebahagiaan yang didapat dengan cara ini dijamin bertahan lebih lama dibanding kebahagiaan jenis sebelumnya. Karena Memberi seperti kata Bang Iwan Fals "membebaskan hati". Ini juga pesan pak Harfan "Hiduplah untuk memberi sebanyak-banyaknya". Orang yang mengejar kebahagiaan macam ini adalah mereka yang kaya dengan tanpa perlu memiliki harta yang berlimpah, karena mereka kaya di hati bukan di benda. Kaya dengan memberi. Memberi apapun! Tentunya dengan ikhlas dan tanpa pamrih.
Ajaran ini pula yang masih terngiang di kedua telingaku, wasiat ilmu hidup dari almarhum babeh Miskun, tentang pentingnya ikhlas dalam segala hal. yang masih teringat adalah ayat dalam surat albayyinah "wama umiru illa liyabudullah mukhlisin lahu ddin hunafaa" dst. Bahwa ajaran agama sebetulnya ada dalam mengerjakan perintah dengan ikhlas dan itu sesuai dengan fitrah manusia yang hanif, condong pada kebaikan.
Maka dari sekarang mulailah memberi kalo mau bahagia. Memberi waktu, harta, jiwa kalo perlu, tenaga, maaf, cinta, ilmu, dan apapun. Beri dan lupakan, dan lihat apa yang akan terjadi.!
gambar dari sini
hmm, kata abraham maslow sebenarnya pemenuhan kebutuhan manusia tertinggi ada pada aktualisasi diri dan pertemuan manusia dengan sisi transcendent-nya.
ReplyDeletedan harusnya manusia2 hidup dengan menjadi inspirasi dan kebahagiaan bagi manusia yang lainnya, bukan malah menindas atas nama pemenuhan 'kebahagiaan'.
hmm, kata abraham maslow sebenarnya pemenuhan kebutuhan manusia tertinggi ada pada aktualisasi diri dan pertemuan manusia dengan sisi transcendent-nya.
ReplyDeletedan harusnya manusia2 hidup dengan menjadi inspirasi dan kebahagiaan bagi manusia yang lainnya, bukan malah menindas atas nama pemenuhan 'kebahagiaan'.