Selama lebih dari 8 hari aku menghabiskan waktu di Singapura. Aku sangat beruntung karena bisa mengikuti ASEAN+3 2nd Leadership Executive Program ASEAN+3 ang diselenggarakan oleh National Youth Council Singapura dari tanggal 29 Maret hingga 5 April yang lalu. Kegiatan ini diikuti oleh 34 pimpin pemuda dan pejabat yang membidangi pengembangan kepemudaan dari 10 negara ASEAN ditambah China (RRC), Jepang dan Korea. Ini adalah kesempatan yang sangat berharga karena selama lebih dari seminggu aku bisa berkumpul dan berinteraksi dengan pemuda dari negara lain dan belajar bagaimana Singapura bekerja sebagai sebuah negara.
Singapura adalah sebuah negara kecil di ujung selat malaka. Saking kecilnya Singapura dikatakan sebagai ”The Red Spot in the map” sebuah titik kecil di peta. Luasnya tidak lebih besar dibanding Jakarta Selatan. Dalam beberapa jam saja kita bisa mengelilingi Singapura.
Namun walaupun kecil, Singapura adalah salah satu negara yang sangat kompetitif. Singapura mampu menjadi negara yang maju di Asia Tenggara. Walaupun memiliki sumber daya alam yang terbatas, namun Singapura bisa memaksimalkan potensi Sumber Daya Manusianya. Salah satu sebabnya adalah semangat yang dikembangkan dan menjadi filosofi hidup warga Singapura yaitu kiasu, yang berarti takut kalah/tidak mau kalah/kompetitif. Filosofi ini menjadikan singapura sebagai sebuah komunitas menjadi negara yang kompetitif.
Dengan luas wilayah yang kecil dan jumlah penduduk yang tidak terlalu banyak sekitar 4 juta jiwa, secara ekonomi Singapura memang telah jauh meninggalkan tetangga-tetangganya di Asia Tenggara. UMR terendah di Singapura diperkirakan sekitar 1.000 $Sg (+ Rp. 7juta), jauh dibanding UMR di Indonesia yang di Jakarta saja masih Rp 900rb-1 juta.
Kelebihan lain adalah Singapura memiliki pengelolaan pemerintahan yang teratur dan visi bersama yang jelas. Pembangunan dan pengembangan negara didasarkan pada blue print nasional yang jelas. Singapura telah mengalami berbagai macam perubahan orientasi nasionalnya. Tahun 50-an mereka masih berfokus pada pada penyediaan buruh murah dan produksi barang secara masal. Seiring perubahan zaman mereka berubah menjadi penyalur buruh berpendidikan tinggi dan fokus pada pengembangan teknologi tinggi. Hingga kini Singapura lebih dikenal sebagai pasar keuangan global dan industri jasa.
Jadi, walau orientasi nasionalnya berubah-ubah sesuai dengan tuntutan zaman, Namun satu yang pasti negara kecil ini selalu berusaha untuk membangun core competence agar bisa bersaing dengan segala keterbatasan.
Keuntungan yang lain tentunya penguasaan bahasa Inggris sangat memberi pengaruh terhadap kemajuan Singapura. Karena bahasa resmi yang dipakai adalah bahasa Inggris, maka warga Singapura tidak terlalu mengalami kesulitan untuk melakukan pergaulan internasional dengan negara lain yang memakai bahasa Inggris.
Kemajuan singapura tentunya tidak bisa dilepaskan dari pengaruh kepemimpinan perdana menterinya Le Kuan Yeuw. Dalam masa kepemimpinannya Lee telah melakukan perubahan yang sangat strategis sehingga menjadikan Singapura seperti sekarang ini.
Singapura adalah salah satu koloni Inggris. Jika kita perhatikan disana, asimilasi kebudayaan di Singapura yang penduduk aslinya adalah bangsa melayu sangat kentara. Diantara jalan besar yang berbau eropa atau memakai bahasa inggris seperti Raffles Road, Buona Vista dll, dibeberapa tempat kita bisa menemukan tempat yang sangat melayu sekali seperti tanah merah, Sengkang, kampong arab, sentosa dll.
Meskipun begitu dengan segala kelebihannya, pilihan yang dipilih oleh singapura tentu menyebabkan konsekuensi bagi bangsanya. Penggunaan bahasa inggris dan keinginan menjadi bagian dari pergaulan dunia internasional berpengaruh terhadap identitas kebangsaannya. Inilah tentunya sebuah konsekuensi karena warga Singapura adalah warga yang sangat multikultural.
Sebetulnya jika kita ingin bertamasya ke Singapura tidak terlalu sulit. Tiket Jakarta-Singapura pulang pergi tidak lebih dari 1 juta rupiah. Dan karena sama-sama negara ASEAN kita tidak perlu membayar visa untuk berkunjung ke Singapura, cukup bayar airport tax di bandara.
So, dengan segala kekurangan dan kelebihannya tentunya kita bisa mengambil pelajaran dari perjalanan sejarah tetangga dekat kita Singapura. Terutama mengenai jiwa meritokratisme dan semangat kompetitifnya. Karena secara potensi sumber daya alam dan nilai serta budaya tentunya semua mengakui bahwa Indonesia sangat kaya dan sangat kuat. So, kalo kita mau, yakin kita pun bisa lebih maju. 5 tahun , 10 tahun kita yang harus menjawabnya.
Post a Comment
Thanks to visit my blog
Terima kasih sudah berkunjung