Biasanya ketika melakukan kampanye terbuka partai melakukannya dengan melakukan pengerahan massa besar-besaran. Maka tidak heran jika saat musim kampanye tiba berbagai macam tempat umum dan lapangan kebanjiran order menjadi pusat kampanye berbagai partai yang melakukan kampanya terbuka. Bentuk kampanye biasanya dilakukan di lapangan terbuka, diselingi musik dan mungkin penyanyi dengan tarian yang rada hot. Bagaimana dengan pemilu kali ini? Akankah ada perubahan? Ataukah biasa-biasa saja?
Pengerahan masa besar-besaran dilakukan oleh patai untuk menunjukkan kekuatan massanya (show of force). Logikanya semakin banyak orang yang turun dan ikut berkampanye pada partainya berarti semakin banyak orang yang akan memilih partai tersebut. Benarkah seperti itu? Logika ini bias saja benar, tapi besar kemungkinan juga meleset. Karena dengan kondisi multipatrai seperti saat ini, ditambah tidak jelasnya ‘dagangan’ partai karena relative semua ideologinya sama, tentunya sangat sulit untuk menetapkan pemilih fanatic dari sebuah partai. Kini masyarakat lebih rasional dalam memilih karena lebih berpengalaman dan memiliki informasi yang lebih luas lagi. Masyarakat saat ini cenderung menjadi swing voter dan floating mass. Mereka yang turun mengikuti hangar binger kampanye sebuah partai belum tentu dia sudah mengirkaraka diri unruk memilih tersebut. Pilihan yang ia putuskan ketika di bilik suara bias jadi ia putuskan beberapa saat terakhir saat ia memasuki bilik suara.
Ditambah lagi kondisi masyarakat yang lagi ssusah seperti saat ini dimana semua sedang berada dalam keadaan sulit, bias jadi seseorang pergi melangkahkan kaki untuk pergi ke sebuah tempat kampanye terbuka hanya untuk menambah koleksi kaos partai atau mendapatkan transportasi puluhan ribu rupiah. Ya dari pada bingung bengong di rumah tanpa ada yang dikerjakan mendingan ikut main di kampanye partai lumayan dapat kaos gratis dan mungkin ongkos pulang.
Proses kampanye sejartinya dilakukan untuk menjelaskan program dan tujuan partai kepada pemilih sekaligus meyakinkan mereka untuk memilih di bilik suara. Namun jika dilihat pada pelaksanaan pemilu kita sbeelumnya, kampanye terbuka pada akhirny hanya menjadi ajang hiburan gratis bagi masyarakat. Sehingga dengan kondisi banyak sekali hiburan dalam kampanye sulit sekali bagi kita untuk memahami bahwa tujuan kampanye selama ini adalah untuk meykinkan pemilih untuk memilih partai tersebut. Kampanye di Indonesia biasanya seringkali dirasakan oleh masyawkaat sebagai jalan-jalan gratis, nonton konser gratis atau pawai aman memakai iriangan motor di pusat kota yang pada hari2 bisaa tidka bias dilakukan.
Maka dalam musim kampanye terbuka saat ini tantangan terbesar parpol adalah mewujudkan metode kam[amnye yang efektif dan mencerahkan tidak seperti selama ini yang mengerahkan massa dengan membabi buta namun kehilangan makna.
Musim kampanye telah berakhir. Baik legislativ maupun pilpres. Menurut kesimpulan Deni, partai atau kubu mana yang paling kreatif? :)
ReplyDeletesalam
semua kreatif. memanfaat kan ide baru atau mengemas ide lama jadi baru. seperti indome jadi jingle atau lagu daerah yang sudah terkenal jadi kampanye juga. namun semua masih fokus pada pencitraannya saja, belum ke penjelasan maslah program ataupun target yang jelas. jadi menggairahkan dan menarik tapi belum tentu mencerdaskan.
ReplyDelete