malam terlalu gelap gulita
jalan terasa sepi, diam dan selalu berkabut?
alasnya berkerikil tajam, berbatu panas
sehingga saat ku berjalan diatasnya aku harus berjinijt
meringkih, pelrahan dan merasa kesepian?
mengapa rasanya malam terlalu padam dan begitu diam?
mencampakku dalam kegelapan, tak tentu arah
aku bagai lilin yang benderang disekitar kelam
aku bagai obor yang tercampak setelah matahari tiba
aku dimana aku? posisiku? tahtaku? haribaanku?
mengapa mataku selalu sendu? lidahku terlalu kelu?
lagu dari mulutku hanya lagu rindu, lagu bisu, lagu lugu!
aku adalah pengembara di tengah hutan terjal
di tengah padang gersang tanpa ilalang
di tengah laut berdebur ombak tanpa daratan
di hamparan permadani awan tanpa batas, tanpa belas kasih
namun aku tidak pernah membiarkan pipiku basah
air mataku meleleh atau sengguk memenuhi kerongkongan
aku terlalu kuat untuk patah, terlalu sabar untuk terbelah
aku percaya itu, dan akan selalu percaya itu
aku tidak selalu bisa berlari atau sekedar berdiri
namun bangkit adalah kata pertama dan utama
tidak akan pernah hilang dari kamusku
kata pasrah, menyerah hanya pantas keluar saat aku sudah menjadi bongkah
nu pasti,nu ngaranna hirup, iraha ge pasti aya gagarinjulanna.
ReplyDeletenu matak, ngarah teu kacugak, urang kudu make sen(d)al atawa sapatu
semangat bos.ente gak akan pernah kalah.apalagi dalam bercinta. karena kita ditakdirkan oleh tuhan sebagai manusia pemenang dalam cinta. kalau gak jelas kita minta ama tuhan untuk menghapuskan cinta di atas bumi.setuju (wah bakal tinggal di bawah bumi dunk kalau mau cinta, hehehehe)
ReplyDelete