Rating: | ★★★★ |
Category: | Movies |
Genre: | Education |
denias adalah film yang jujur dan menghentak kesadaran kita. terutama mengingatkan betapa pendidikan sebagai salah satu pintu transformasi sosial adalah suatu hal yang masih susah di dapat di negeri ini.
Denias_2 denias adalah figur bocah papua yang mewakili berbagai jutaan anak di negeri ini. hidup di lingkungan sebuah suku pedalaman di pegunungan papua, denias adalah bocah biasa yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk belajar dengan alam. seperti anak lain, denias adalah anak dengan seribu tanda tanya dan 'nakal'. karenanya ia adalah anak yang banyak belajar dan selalu bertanya. dengan segala kekurangan ia dan teman-teman bersekolah di gubuk reyot dengan seorang guru dari jawa. dengan bimbingan dari guru tersebut denias banyak belajar dan menjadi salah seorang anak terpandai di komunitasnya.
segalanya berubah ketika sang guru pulang ke jawa, kemudian ibu denias meninggal. denias menjadi bimbang dan kehilangan arah. namun disela-sela itu seorang prajurit anggota kesatuan maleo memberinya motivasi untuk terus belajar. Denias pun bangkit lagi dan kembali belajar.
gubuk reyot 'sekolah' mereka roboh diterpa gempa bumi, maleo pulang karena pindah tugas. ditambah lagi bapak yang tidak mendukungnya sekolah karena berpikir bahwa bekerja lebih baik dan kongkrit dibanding sekolah. Denias kembali goyah. namun ia bertekad untuk berubah dan melanjutkan sekolah di kota. disinilah berbagai usah dilakukan Denias untuk memperjuangkan impiannya bersekolah. dengan segala usaha dan lika-liku akhirnya ia bisa bersekolah disebuah panti asuhan di kota.
film Denias memotret masalah dalam dunia pendidikan kita dalam berbagai segi. dari mulai masalah fasilitas dan akses pendidikan yang susah dijangkau terutama untuk anak-anak di pedalaman dan berasal kaum kurang mampu sampe rendahnya kesadaran para orang tua bahwa pendidikan adalah hak setiap anak yang harus diperjuangkan.
aku hanya berefleksi gimana negara kita bisa punya kebijakan yang pro-rakyat (rakyat menengah kebawah) di kampung-kampung dan pelosok sana. aku iri dengan warga negara negara-negara berkembang, mereka memiliki kesejahteraan yang lebih baik juga memiliki kesempatan belajar yang lebih besar. waktu ke australia kemarin aku dengar kalo mereka bisa mengenyam pendidikan dasar dan menengah for free of charge, alias ga bayar. bahkan kalo pun mau kuliah bisa loan (pinjam) dulu ke pemerintah dan dibayar setelah punya kerja dan income. betapa beruntung mereka. untuk menjadi pintar dan tercerahkan tinggal membutuhkan tekad aja. belajar rajin dan tidak memerlukan biaya begitu besar.
bandingkan dengan pola pikir yang terbangun di kepala sebagian orang tua kita di pedesaan sana. makan aja susah, boro-boro mikir buat nyekolahin anak-anak ke perguruan tinggi apalagi di jurusan yang bakal ngabisin uang banyak (seperti kedokteran contohnya masuknya aja ada yang 45jt, 65 jt bahkan sampe ratusan) belum untuk biaya hidup transportasi, kegiatan, makan dll. capek deh. ditambah lagi beberapa perguruan negeri skearang mulai berubah menjadi BHP (badan hukum pendidikan) yang ga lagi disubsidi full oleh pemerintah. semakin mahal lah biaya pendidikan kita. dan semakin berat lah para orang tua jibaku untuk mengejar pendidikan bagi anak-anaknya.
alih-alih mau disekolahkan anak-mereka malah disuruh nikah cepet-cepet kalo perempuan, supaya tidak semakin lama jadi tanggungan keluarga. kalo laki-laki disuruh cepet-cepet kerja walaupun serabutan asal bisa bantu pendapatan keluarga. disinilah perlunya kita terutama yang berasal dari keluarga menengah kebawah dan beruntung untuk mengenyam pendidikan tinggi untuk mempergunakan kesempatan ini sebaik-baiknya. dilain pihak tentunya cara berpikir para orang tua pun harus lebih disadarkan bahwa dengan pendidikan hidup seseorang bisa berubah jauh lebih baik.
dua hal ini tentunya sangat tidak cukup karena faktor kebijakan pemerintah pun03bpanak_sekolah_1 harus diubah supaya pro pendidikan. pendidikan harus jadi agenda bangsa yang paling utama. anggaran pendidikan harus diprioritaskan. aku sedih saat tahu kalo di tahun 2003 anggaran indonesia adalah yang paling kecil dibanding malaysia, thailand, singapura, brunei bahkan dibanding timor leste sekalipun. belum lagi ada informasi juga kalo ternyata hampir 30 - 40 % APBN kita pun hanya habis untuk bayar utang luar negeri. terus yang lebih menyakitkan ternyata tidak lebih dari 30 % dari total seluruh anggaran yang dipakai untuk pembangunan termasuk untuk pendidikan.
akan jadi apa bangsa ini, jika suatu saat nanti generasi mudanya sudah tidak bisa sekolah atau sudah tidak mau lagi sekolah dan tidak bersemangat lagi untuk sekolah?
gambar dari sini
saya juga sejak dulu inginh nonton fil ini, tp belum kesampean. dah ada dalam VCDnya gak ya?
ReplyDeletekurang tau, aku juga dapat edisi 'glodok' lumayan goceng tapi udah bagus gambarnya kok. nonton deh seru banget and touchful... salam kenal!
ReplyDeleteapa tuh edisi glodok? jadi gimana donk kalo mau nonton? kebetulan saya sekarang ditugasin ngajar di tanjung pinang dan gak ada bioskop juga.
ReplyDeleteedisi glodok? maksudnya itu aku cari di glodok (sssst keorisinalannya dipertanyakan... heheheh... emang karena bajakan). emang profesinya apa? ngajar di tanjung pinang, sumatera jauh ya?
ReplyDelete